Petang telah beranjak malam
Sebaiknya cepatlah kita pulang
Seandainya rumah dapat menentramkan hatiku
Aku tak keberatan untuk pulang
Deru mesin meraung seru
Tanda kebisingan kota telah dimulai
Tetapi aku masih merasa sepi
Sepi dalam keramaian ini
Jalan ini terlampau panjang
Untuk kita lalui bersama
Silakan pergi…!
Jika telah lelah mengiringi langkahku
Aku tak mau engkau sendiri
Aku hanya ingin menemani
Aku telah lama sendiri
Kesendirian ini sudah biasa
Apa itu?
Mengapa kau jatuhkan bulir air matamu?
Bulir ini tak dapat ku tahan lagi
Terlalu lama terbendung
Aku tak pantas mendapatkannya
Sungguh tak pantas
Bukan berkenaan pantas dan tak pantas
Ini hatiku…aku berhak sepenuhnya
Jangan mencintaiku…
Aku tak dapat membalasnya
Aku tak mencintai untuk mendapatkan balasan!!!
Aku hanya mencintai untuk sebuah peleburan
Aku tak dapat!!
Jangan paksa aku
Aku tak pernah memaksamu
Jika ingin pergi… silakan!
Baiklah…
Aku pergi..!
Ya..
Selamat tinggal
Temaram lampu jalan kota tua
Menjadi saksi sebuah cerita
Cerita yang tak pernah ada akhirnya
Juga tak ada mulanya
Ah…sungguh telah lena
Lena aku dalam cawan kehidupan
Hingga aku tenggelam dalam kubangan yang ku gali sendiri
Akhirnya…
Kurentangkan kedua tanganku
Menyambut sang Malaikat Maut
“Cabutlah kehidupan yang membelengguku dalam ketakpastian!”
Dan aku pergi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar