Rabu, 20 Mei 2009

AKU...!!!

aku belum siap melepasmu teman!

aku sungguh belum siap!

if you want to go, please kill me first!

“Sudah terlambat! Bahkan Tuhan pun tahu itu!”

Ini adalah kisahku dengan empat orang temanku. Aku adalah Lily, mahasiswi semester enam di salah satu universitas terkemuka di Surabaya. Keseharianku penuh dengan kesepian, aku tinggal sendiri di rumah yang cukup besar dan megah (kata teman – teman sich). Papiku adalah pemimpin beberapa perusahaan yang tersebar di seantero jagad (aku menyebutnya begitu), papi tidak pernah di rumah, selalu melakukan perjalanan bisnis dan hanya setahun sekali pulang ke Indonesia. Aku hanya ditemani pembantu dan supir saja. Aku memiliki kakak laki – laki, Anthony. Dia berada,lebih tepatnya tinggal menetap di Australia bersama mami, membantu mami mengelola pusat perbelanjaan di Melbourne. 
 Hari ini matahari bersinar begitu cerah. Aku berencana untuk menghabiskan hariku dengan James, sahabatku. Aku dan James sudah berteman sejak setahun yang lalu, kami selalu berbagi, baik suka maupun duka. Terkadang persahabatan kami disertai konflik-konflik yang membuatku marah, atau membuat James jengkel. Tetapi sungguh, itu hanya konflik kecil yang semakin mempererat persahabatan kami, hanya persahabatan ataukah?. Selain James, aku punya empat orang teman baik, Lolita, Joe, Rayhan, dan Ellya 
 “Lily...ayo berangkat!” teriak Ell
 “OK...wait me for a minute!” teriakku dari kamar.
Aku turun dan melihat kelima sobatku telah menunggu dengan manyun-manyun.
 “he..he..he..sorry guys!lama ya nunggunya?” tanyaku tanpa dosa
 “enggak kok, baru juga sejam...sampe’-sampe’ dirubung semut!”kata Joe sengit
 “sudah..sudah..ayo kita berangkat!Pak Kardi sudah manasin mobil tuch!” kata James
 “ah...kau ini James,selalu saja membela Lily” ejek Loly
Aku tak tahu apa maksud perkataan Loly tadi. Tapi kata-kata itu membuat James tertunduk.
Kami berniat menghabiskan akhir pekan di perkebunan teh milik ayah Rayhan. Rayhan anak konglomerat pengusaha teh terkemukan di kota kami. Tetapi ia tidak terlihat seperti anak orang berada, ia selalu bersahaja dan sederhana. Itu yang membuat kami kagum pada Rayhan. Perjalanan ke perkebunan memakan waktu 6 jam. Maklum jalannya sangat berliku. Pukul 4 sore kami baru tiba di perkebunan teh Rayhan.
“eh...den Rayhan sudah datang. Mari masuk den, kamarnya sudah bibi siapkan!” sambut bik ijah
“bik,,,jangan panggil den ya,,,please...! aku malu bik,kan ada teman-temanku!”ucap Rayhan pelan. Dan Bik Ijah hanya manggut-manggut.
Bik Ijah menunjukkan letak kamar tidur kami. Kamar cowok disebelah kanan lorong dan kamar cewek ada di sebelah kiri lorong yang sama. Kamar mewah dilengkapi dengan AC dan satu buah tempat tidur besar menyambut kami. Pemandangan di luar jendela begitu indah, hingga aku tak rela berkedip untuk memandangnya.
“hei..kok melamun?mikirin aku ya” kata James tiba-tiba berada tepat di sebelahku.
“Deg” jantungku berdegup ketika aku berpaling, wajah James tepat di depanku.
“ups..sorry!!!” kata James sambil memundurkan badannya.
“ah..kau itu, mengagetkan saja!!” kataku
“hei..kenapa berdiam di kamar saja, anak-anak sudah menunggu di bawah untuk jalan-jalan” kata James
“oh..iya,,ya,,kita kan mau melihat matahari terbenam di bukit belakang villa” kataku sambil berlari keluar kamar.
James hanya melihatku keluar kamar dan ia pun mengikutiku. Dalam perjalanan aku hanya terdiam, aku berpikir keras, mengapa akhir-akhir ini aku dan James begitu jauh. Walau kami selalu berada di satu tempat yang sama tetapi rasanya ada 1000 mil jarak di antara kami. Dan jantungku sering berdegup tak karuan ketika berada di dekatnya. Perubahan itu ternyata terjadi pada James juga. Ia selalu tertunduk ketika ada candaan tentangku dan dia. Ada apa ini? Aku tak mungkin jatuh cinta pada sobatku sendiri. Ah..pusing aku memikirkannya.
“hei..non kenapa melamun saja?” kata Joe sambil menepuk pundakku.
“hei..hei..hei..kaget tau!!”kataku sambil memukul-mukul bahu Joe.
“ampun..ampun..ampun..!”teriak Joe. Lalu kami berkejaran di sekeliling pohon teh. Begitu menyenangkan, aku dapat tertawa lepas. Seperti tanpa beban. Tapi ketika kulihat raut wajah James, ia terlihat tidak senang.
“hei..kalian berdua..hentikan..James tak suka melihatnya!” kata Rayhan sambil melingkarkan tangannya di leher James.
“kau bicara apa..!” sergah James sambil melepaskan tangan Rayhan dengan kasar, kemudian berjalan menjauh.
“kenapa dia? Aneh sekali. Tak biasanya dia seperti itu!!” kata Loly keheranan.
“kau keterlaluan Ray,,!”kata Ell.
“kalian bicara apa sich...? aku nggak ngerti dech?!?!?!”kataku keheranan.
Jalan-jalan kami tidak berjalan mulus, karena pertengkaran kecil tadi. James tetap cemberut. Rayhan malah semakin menggodanya. Aku jadi heran melihat sikap teman-temanku. Sungguh tak seperti yang ku harapkan.
“ayo pulang..!” ajakku
“sebentar lagi,,nunggu sampai hilang dulu” pinta Loly.
“aku mau pulang sekarang!”rengekku.
“dasar manja...bersikaplah sedikit dewasa!!”kata James.
Tak kusangka James berkata seperti itu. Semuanya melihat ke arahnya. Seakan tak percaya pada apa yang telah di katakannya.
“kenapa kalian melihatku seperti itu? Ada yang salah?” tanya James tak berdosa.
Aku tak terima dengan ucapannya. Bukan karena tersinggung atau apalah,,tetapi kata-katanya mengingatkanku pada luka lamaku. Luka yang berusaha aku lupakan 6 tahun ini. Aku segera pergi meninggalkan bukit itu. Aku berjalan ke villa dengan perasaan galau. Kenapa James bersikap seperti itu. Apa salahku. Aku bertanya-tanya pada hatiku, mungkin aku telah melukai perasaannya. Tapi aku tidak berkata apa-apa atau berbuat yang sekiranya dapat menyakitkan hatinya.
Aku berlari menuju kamar. Aku mengemasi semua pakaiannku. Aku mau pulang saja. Aku menelpon taksi. Untung taksi segera datang, sebelum semuanya pulang dari bukit. Taksi yang kutumpangi meluncur ke arah selatan dengan kecepatan tinggi. Aku tak peduli berapa rupiah yang harus kubayar. Aku hanya ingin pulang. Aku tak tahan, dengan sikap James. Dia begitu angkuh, dingin, dan tak berperasaan. Mereka semua bahkan tak menghubungiku atau berusaha mencariku. Tetapi, memang aku sengaja mematikan handphoneku.
Sudah tiga minggu sejak pertengkaran itu aku tak pernah mengaktifkan handphoneku atau menemui teman-temanku. Aku menenangkan diri di rumah nenek. Aku tidak mengizinkan orang rumah mengatakan kemana aku pergi. Bahkan aku mengancam pembantuku, jika ada salah satu temanku yang menyusulku ke rumah nenek, dia akan kupecat tanpa pesangon.
Dua bulan sudah aku menjauhi teman-temanku. Aku ternyata rindu juga dengan mereka. Kuputuskan untuk pulang ke Surabaya. Dalam perjalanan pulang aku melihat James bercengkrama dengan seorang cewek cantik. Hatiku sakit..tak sadar aku pun menangis.. tapi kenapa? Apa aku telah jatuh cinta padanya? Tidak mungkin... ...
“hei..Lily!darimana saja kau? Sudah hampir tiga bulan tak dengar kabarmu” tanya Joe ketika aku baru turun dari mobil.
“Ooo,,aku ada urusan di rumah nenek!”kataku datar. Aku tak bisa berkata apa-apa, karena hatiku sedang kacau.
“Handphonemu tak pernah aktif?”tanya Joe lagi
“tak ada sinyal, Joe!” jawabku singkat.
Kutinggalkan Joe begitu saja di teras rumah. Aku masuk ke rumah, lalu ke kamar dan tidur. Berharap semua ini hanya mimpi. Dan ketika aku terbangun, semua kembali normal seperti sebelum pertengkaran itu. Pertengkaran yang tak ku tahu apa penyebabnya.
“Non,,bangun non!”
“ah..bibik ini,,kenapa sich bik, inikan masih pagi!”kataku malas.
“itu non, papi non pulang!”
“hah..papi pulang!” teriakku. Aku langsung melompat dari tempat tidur dan berlari ke bawah.
“hai..anak papi sudah bangun rupanya!
“papi... ... kemana aja sich?”tanyaku sambil memeluk papiku tercinta.
“maaf,,ada tugas mendadak di Singapura. Ada anak perusahaan baru papi di sana yang baru buka.” Jelas papi
Aku menghabiskan hariku dengan papi. Shopping, berenang, jalan-jalan, makan-makan. Pokoknya menyenangkan sekali. Maklum, papi memang jarang pulang ke Indonesia. Dia selalu mengurusi anak perusahaannya yang tersebar seantero jagad. Sedangkan mami, beliau lebih senang menghabiskan waktunya mengelola pusat perbelanjaan di Melbourne, untung kak Anthony mau membantu jadi beliau tidak kesepian dan kerepotan.
“Papi,,aku mau menyusul mami ke Aussie!” pintaku. Entah mengapa aku punya niat seperti itu. Mungkin untuk pelarianku. 
“Boleh,,boleh,,saja! Papi siapkan pesawat pribadi untuk mengantarmu!”kata papi sambil mengelus rambutku.
Betapa senangnya aku mendengar persetujuan dari papi, aku berniat mengadakan pesta perpisahan kecil-kecilan. Entah kenapa aku ingin mengadakannya.
“hallo Joe..kamu kumpulin temen-temen ya..nanti malem jam 20.00 ke rumahku. Aku ada pesta kecil-kecilan!” kataku singkat
“OK..jam 20.00 acara makan-makan ya..!!!” balas Joe dengan aksen konyolnya.
“Iya..sekalian perpisahanku. Aku mau ke Aussie, nyusul mami..!” kataku lagi sambil menutup telpon.
“lho..lho..lho..hallo..hallo..hallooww..!”
Pukul 20.00, semua telah berkumpul di rumahku, kecuali James dan Ellya. Aku menunggunya, dan berharap dia akan datang. Entah kenapa aku ingin sekali bertemu James sebelum aku berangkat ke Aussie. Tak lama kemudian Ellya datang. 
“Aduh..sorry ya teman-teman,,tadi adikku tiba-tiba sakit dan aku harus mengantarnya ke rumah sakit!” jelas Ell
“oh..tak apa-apa,,toh kamu datang juga!”kata Joe.
Lama kutunggu James tak kunjung datang. Entah dia tidak tahu atau tidak mau tahu aku tidak peduli. Yang aku inginkan adalah bertemu James sebelum aku berangkat ke Aussie.
Pesta telah usai. James tidak datang. Tetapi aku tetap menunggunya di depan rumah. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Aku tertidur di teras.
Dalam kepekatan malam, aku melihat James mendatangiku, membawakanku selimut dan menyelimutiku. Hangat. Tenang. Sungguh perasaan damai yang kurasakan.
“Honey... bangun,,ayo berangkat! Pesawat pribadi sudah menunggumu!” kata papi sambil mencium keningku
Begitu aku buka mataku, aku sudah berada di mobil bersama papi.
“pagi papiku sayang,,!” kataku manja sambil memeluk pinggang papi erat sekali. Seolah tidak akan bertemu lagi.
Pesawat yang membawaku ke Aussie sudah take off. Aku tidak sempat pamitan kepada James. Tetapi aku akan mengirim e-mail padanya. Aku akan minta maaf dan menjelaskan semuanya.
to : james_greece@yahoo.com
James, aku berangkat ke Aussie..bukan untuk menghindarimu atau menjauhimu. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Maafkan aku selama ini mendiamkanmu, mungkin aku sedikit keterlaluan, tetapi aku ingin kamu tahu alasanku. Aku pernah memiliki masa suram dalam perjalanan hidupku. Ini tentang kenaifan masa praremajaku. Aku pernah tersakiti dan aku tidak dapat meluapakannya. Aku bukannya tidak mau menjadi dewasa atau tidak berusaha untuk menjadi gadis dewasa. Tetapi James, aku trauma. Aku harap kamu dapat mengerti dan memaafkan aku. Dan ada satu lagi, mungkin ini sedikit keterlaluan,,setelah aku berpikir dan merenung,,ternyata aku menciantaimu...maafin aku ya James,,selamat tinggal!!!
Kukirim pesan itu. Kemudian tiba-tiba...
Dddhhhuuuuaaaaaarrrrrrrrrr…………………………………
Gelap...dingin...sunyi...
HEADLINE NEWS
“PESAWAT PRIBADI YANG DITUMPANGI PUTRI PENGUSAHA TERNAMA, LEX LUTHOR, MELEDAK DI ATAS SAMUDERA HINDIA”
Berita yang cukup menggemparkan bukan??. Saat James membuka e-mailnya, tepat ketika James membaca headline tersebut.
“Tidaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk... ...”!
2 tahun kemudian,,,
James tidak datang di acara pemakaman Lily. Dia pergi ke Aussie. Dia berniat melanjutkan studynya di Universitas terkemukan di sana. Setiap tanggal 4 November, James selalu pergi Port Headland. Untuk memperingati ulang tahun sekaligus hari kematian wanita yang selama ini tetap dicintainya, Lily. Dia menghabiskan waktu di pantai,,,hanya untuk memandang laut dan angkasa yang telah merenggut wanita yang dicintainya.
“Lily,,,seandainya aku tidak terlambat, seandainya aku tidak terlalu angkuh untuk mengakui perasaanku, seandainya aku tahu isi hatimu,,,”
Lama sekali James terbenam dalam lamunannya. Setetes, dua tetes, bertetes-tetes air mata tidak dapat membuat Lily hidup kembali. Dua menit cukup untuk mengukir kenangan, tetapi 2 tahun tidak cukup untuk menghapusnya.
“Lily...aku mencintaimu... ... ...!!”
“Sudah terlambat, James. Bahkan Tuhan pun tahu itu!”  

Senin, 18 Mei 2009

As a heart never doubt

Suatu malam aku tak dapat memejamkan mata. Aku teringat bayangan masa silam. Masa keemasan hidupku. Masa mudaku. Aku membuka kotak memoriku. Kotak yang tersimpan rapi dan tak pernah tersentuh sampai saat aku membukanya. Penuh debu, namun semuanya tersimpan di situ. Aku membuka buku harianku. Dan aku menemukan ini..

As a heart never doubt

I see a heart standing
So clumsy and freezy
Never say lying in your nice lips
Tell it friendly and get it free

How many miles you go
To path through the lonely place
For the first you step your foot
You will stop for the second

May I not promise
A billion of pearls
But I dare my life
To the heart never doubt

Aku tak pernah tahu artinya, tetapi satu yang ku tahu, tulisan itu pernah mempunyai arti dalam hidupku. Sejenak ku pandang jam di kamarku telah menunjukkan lewat tengah malam. Lama aku merenung. Lama kupandangi tulisan itu. Lama sekali. Dan akhirnya aku tersadar..untuk saat ini semua itu hanya kenangan masa lalu. Itu saja. Dan aku tertidur tanpa pernah menutup kotak itu kembali.


Minggu, 17 Mei 2009

Pembaringan Senja Episode II

Di pembaringan ini
Aku menunggu ajalku datang
Di Pembaringan ini
Aku kembali terbayang

Akan kenanganku
Kenangan yang tak pernah menjadi kenyataan
Kenangan yang bahkan tak pernah terukir
Kenangan yang bahkan hanya khayalan belaka

Kenanganku...
Selalu setia menemaniku di pembaringan ini
Selalu setia menemaniku di hari tuaku
Selalu setia menemaniku selamanya...

Salahkah diriku ini
Yang hidup hanya dengan kenangan_mu
Yang hidup hanya dengan bayangan_mu
Yang hidup hanya dengan khayalan_ku

Mungkin hidupku tak berarti
Tetapi menjadi berarti karena kenangan_mu

Malam telah datang...
Senja telah berlalu
Ketika fajar datang
Aku pergi...

Jangan menangis...
Aku telah lama terpenjara dalam pembaringan ini
Aku telah lama terpenjara dalam kenangan ini
Kini aku telah terbebas dari pembaringan_ku

Jangan menangis...
Terlalu sayang airmatamu
 untuk sekedar menangisi kepergianku
Engkau telah bahagia
Jadi...
Biarkan aku bahagia
Dengan terlepas dari pembaringan senjaku yang telah layu


Avicenna like me!

Ternyata kenyataan itu tak semanis permen coklat

16 Mei 2009
Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Tetapi ternyata kenyataan itu tak semanis permen coklat

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Hanya untuk menerima bahwa kenyataan itu tak semanis permen coklat

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Di atas sebuah atap yang ku bangun dari puing sisa – sisa badai

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Di atas sebuah atap yang ku bangun dari puing sisa – sisa badai
masih di bawah guyuran hujan yang sama
masih di dalam hebatnya badai yang sama
masih menunggu
hanya untuk mengetahui bahwa kenyataan itu tak semanis permen coklat

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Telah mengakar rinduku
Dan telah berkarat cintaku
Keduanya melebur menjadi satu dalam cawan kehidupan
Hingga gairah dan hasrat memiliki telah sirna

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Sejak 6 Maret 2001 – 16 Mei 2009
Hanya untuk sebuah kenyataan yang ternyata tak semanis permen coklat

Ya...
Tak semanis permen coklat
Titik.

Rabu, 13 Mei 2009

Pembaringan Senja_ku

Ada sesuatu yang selama ini tak pernah kusadari
Ada sesuatu yang selama ini ku hindari
Ada sesuatu yang selama ini tak ingin kulewati
Ada sesuatu yang selama ini membuatku takut

aku menunggu...
tetap menunggu
mungkin hanya itu yang dapat aku lakukan
mungkin hanya itu

aku takut perasaan ini...
  menyakiti banyak orang
karena itu aku tak pernah mengakuinya
karena itu aku selalu menyembunyikannya
karena itu aku berusaha mengingkarinya

Agar tak ada seorang pun tahu
Agar tak ada seorang pun yang tersakiti
Agar tak ada seorang pun yang menangis
Agar tak ada seorang pun yang menderita

Aku berharap dunia mau menerima perasaanku
Aku berharap kelak ketakutanku hilang
Aku berharap ...
Aku berharap ...
Terus berharap...

Mungkin ketika saat itu tiba
Semua sudah terlambat...
Perasaan itu telah mati dan terkubur
Terkubur dalam lautan memori 
 tak pernah muncul ke permukaan

Di pembaringan senja ini
Aku melamunkan
Aku, kau, dan dia berjalan bersama
 di Taman yang indah
Aku, kau, dan dia bercengkerama
 di Beranda kebahagiaan

Tetapi...
Ketika matahari telah beranjak pulang
Senja sirna dan gelap pun datang
Dan akhirnya aku tahu
Lamunan itu tak akan pernah menjadi kenyataan...SELAMANYA
@vicenna_Pembaringan_Senja_2007

TAK KUTEMUKAN

Belum kutemukan, kawan!
Aku sudah mencarinya,,,
Di kolong jembatan bahkan di kolong tempat tidur
Di taman kota sampai taman depan sekolah
Di sungai-sungai sampai got dan parit-parit
Tetapi tak kutemukan, kawan!

Jika Peterpan dapat bertanya kepada malam
Jika Ebiet dapat bertanya pada rumput yang bergoyang
Aku bertanya pada siapa?
Tak ada yang mau beriku jawaban
Tak juga teman apalagi lawan,,,

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi apa daya
Aku merasa sepi walau beribu orang di sekitarku
Tetapi apa daya
Aku merasa gaduh walau tak ada seorang pun di sekellilingku

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi apa daya
Semua pergi
Semua punya kesibukan sendiri
Semua punya urusan sendiri

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi aku tak punya teman
Tetapi aku tak punya kawan
Bahkan lawan pun enggan
Bahkan musuh pun menjauh

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi pada kenyataannya
Aku sendiri
Dan aku menikmati kesendirianku
Dalam kekosongan
Hingga ku tak dapat menemukan

Ketidaktahuan bukanlah sebuah dosa, kawan!
Ketidaktahuan memang kelemahan ku
Ketidaktahuan memamg kekurangan ku
Tetapi aku menyadarinya
Tetapi aku mengakuinya
Tetapi aku tidak menyembunyikannya

Biar semua orang tahu akan kekuranganku
Biarlah………….
Kekurangan tak lantas harus ditutup-tutupi
Tetapi harus dihadapi 

Biarlah semua kawan
Biarlah semua teman
Biarlah semua sobat
Mencaci kelemahanku
Mempermasalahkan kekuranganku
Dan akhirnya pergi meninggalkanku
Tetap tak kutemukan

Apa yang kucari…..
Terserak di lorong-lorong gelap
Terserak di luasnya pelataran mayapada
Terserak antara timur dan barat
Utara dan selatan

Apa yang kucari…..
Bagai fatamorgana
Yang kemudian hilang
Kemudian muncul kembali

Aku mau berubah
Seperti ulat yang buruk rupa
Menjadi kupu-kupu yang cantik jelita
Tetapi itu membutuhkan waktu yang lama
Perubahan itu tak lantas semudah mengedipkan mata
Tak lantas semudah membalik telapak tangan
Tak lantas semudah menghembuskan nafas

Tetapi tak kutemukan
Tetap tak kutemukan
Tak kutemukan dalam kesendiriankku
Ataupun dalam kegaduhanku

Tak kutemukan, Kawan!

Avicenna_project

DEKLARASI TENTANG PENGHARGAAN TERHADAP DIRIKU SENDIRI

Bagaimana aku dapat mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupanku?

 Aku adalah aku.
 Diseluruh penjuru dunia ini, tak ada satu orang pun yang benar – benar tepat menyerupai aku. Ada orang – orang yang memiliki sejumlah bagian yang mirip dengan punyaku namun tak seorangpun yang seluruh bagiannya persis seperti aku. Karena itu, segala sesuatu yang keluar dariku adalah asli milikku karena aku sendirilah yang memilihnya.
 Aku memiliki segalanya dari diriku – tubuhku, termasuk segala sesuatu yang menyusunnya; pikiranku, termasuk semua wawasan dan gagasanku; mataku, termasuk citra – citra yang ditangkapnya; perasaanku, apapun bentuknya – kemarahan, kegembiraan, frustrasi, cinta kekecewaan, kegairahan – mulutku dan semua kata – kata yang keluar darinya – sopan, manis, atau kasar, benar atau salah; suaraku, keras atau lembut; dan semua tindakanku, entah terhadap orang – orang lain atau terhadap diriku sendiri.
 Aku memiliki fantasi – fantasi, impian – impian, harapan – harapan, dan ketakutan – ketakutanku sendiri.
 Aku memiliki semua kemenangan dan kesuksesan, seluruh kegagalan dan kekeliruanku.
 Karena aku memiliki seluruh diriku sendiri, aku dapat benar – benar mengenal diriku sendiri. Dengan demikian, aku dapat mencintai diriku sendiri dan bersikap bersahabat dengan semua bagianku. Aku selanjutnya dapat membuka kemungkinan bagi segenap diriku untuk bergerak demi keinginan – keinginanku yang tertinggi.
 Aku tahu bahwa ada segi – segi dari diriku sendiri yang membingungkanku dan segi – segi lain yang tidak aku ketahui. Namun sepanjang aku bersikap ramah serta mencintai diriku sendiri, aku dapat dengan penuh keberanian dan harapan mencari solusi – solusi bagi kebingungan – kebingungan itu berikut cara – cara untuk lebih memahami diriku sendiri.
 Bagaimanapun rupa dan suaraku, apapun yang aku lakukan dan kerjakan, serta apapun yang aku pikirkan dan rasakan pada suatu waktu, itu adalah aku. Itu otentik dan menampilkan sosokku dimana aku berada pada waktu itu.
 Ketika selanjutnya aku menelaah bagaimana panampilan suaraku, apa yang aku katakan dan lakukan, dan bagaimana aku berpikir dan merasakan, beberapa bagianku terlihat menjadi tidak pantas. Aku dapat membuang yang tidak pantas dan mempertahankan yang terlihat pantas, serta menemukan sesuatu yang baru untuk menggantikan yang aku buang.
 Aku dapat melihat, mendengar, merasakan, berpikir, bicara, dan bekerja. Aku mempunyai kelengkapan – kelengkapan untuk bertahan hidup, untuk dekat dengan orang – orang lain, untuk bekerja produktif, untuk memahami, dan menata dunia yang terdiri dari orang – orang dan hal – hal di luar diriku.
 Aku memiliki diriku sendiri dan karenanya aku dapat merekayasa diriku sendiri.
 Aku adalah aku dan aku merasa puas

“Virginia Satir”