Jumat, 19 Juni 2009

3 DEFINISI

SUKA - SAYANG - CINTA

Saat kau MENYUKAI seseorang, kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu
sendiri
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan
bukan untuk dirimu sendiri
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk
kebahagiaannya walaupun kau harus mengorbankan jiwamu

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada disisinya maka kau akan
bertanya,"Bolehkah aku menciummu?"
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada disisinya maka kau akan
bertanya,"Bolehkah aku memelukmu?"

Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada disisinya maka kau akan
menggenggam erat tangannya...

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata "Sudahlah, jangan
menangis."
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis
dipundakmu sambil berkata, "Mari kita selesaikan masalah ini
bersama-sama. "

SUKA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Ia sangat cantik dan
menawan."
SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihatnya dari hatimu dan
bukan matamu
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Buatku dia adalah
anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku.."

Pada saat orang yang kau SUKA menyakitimu, maka kau akan marah dan tak
mau lagi bicara padanya
Pada saat orang yang kau SAYANG menyakitimu, engkau akan menangis
untuknya
Pada saat orang yang kau CINTAI menyakitimu, kau akan berkata,"Tak apa
dia hanya tak tahu apa yang dia lakukan."

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH

Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan
tulus...

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan
SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan
CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimanapun keadaannya

SUKA adalah hal yang menuntut
SAYANG adalah hal memberi dan menerima
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela

Mengunduh dari sebelah...
silakan renungkan..

Avicenna like me!

Dialog di Tepi Jalan

Petang telah beranjak malam

Sebaiknya cepatlah kita pulang

Seandainya rumah dapat menentramkan hatiku

Aku tak keberatan untuk pulang

Deru mesin meraung seru

Tanda kebisingan kota telah dimulai

Tetapi aku masih merasa sepi

Sepi dalam keramaian ini

Jalan ini terlampau panjang

Untuk kita lalui bersama

Silakan pergi…!

Jika telah lelah mengiringi langkahku

Aku tak mau engkau sendiri

Aku hanya ingin menemani

Aku telah lama sendiri

Kesendirian ini sudah biasa

Apa itu?

Mengapa kau jatuhkan bulir air matamu?

Bulir ini tak dapat ku tahan lagi

Terlalu lama terbendung

Aku tak pantas mendapatkannya

Sungguh tak pantas

Bukan berkenaan pantas dan tak pantas

Ini hatiku…aku berhak sepenuhnya

Jangan mencintaiku…

Aku tak dapat membalasnya

Aku tak mencintai untuk mendapatkan balasan!!!

Aku hanya mencintai untuk sebuah peleburan

Aku tak dapat!!

Jangan paksa aku

Aku tak pernah memaksamu

Jika ingin pergi… silakan!

Baiklah…

Aku pergi..!

Ya..

Selamat tinggal

Temaram lampu jalan kota tua

Menjadi saksi sebuah cerita

Cerita yang tak pernah ada akhirnya

Juga tak ada mulanya

Ah…sungguh telah lena

Lena aku dalam cawan kehidupan

Hingga aku tenggelam dalam kubangan yang ku gali sendiri

Akhirnya…

Kurentangkan kedua tanganku

Menyambut sang Malaikat Maut

“Cabutlah kehidupan yang membelengguku dalam ketakpastian!”

Dan aku pergi!

Sabtu, 06 Juni 2009

Fire Heart

















Aku tak pernah merasakan bara api yang begitu sangat!
Apa yang ku dapatkan tak sebanding dengan yang ku korbankan
Maaf Tuhan..ikhlas itu tidak mudah..

My Poster

Rabu, 20 Mei 2009

AKU...!!!

aku belum siap melepasmu teman!

aku sungguh belum siap!

if you want to go, please kill me first!

“Sudah terlambat! Bahkan Tuhan pun tahu itu!”

Ini adalah kisahku dengan empat orang temanku. Aku adalah Lily, mahasiswi semester enam di salah satu universitas terkemuka di Surabaya. Keseharianku penuh dengan kesepian, aku tinggal sendiri di rumah yang cukup besar dan megah (kata teman – teman sich). Papiku adalah pemimpin beberapa perusahaan yang tersebar di seantero jagad (aku menyebutnya begitu), papi tidak pernah di rumah, selalu melakukan perjalanan bisnis dan hanya setahun sekali pulang ke Indonesia. Aku hanya ditemani pembantu dan supir saja. Aku memiliki kakak laki – laki, Anthony. Dia berada,lebih tepatnya tinggal menetap di Australia bersama mami, membantu mami mengelola pusat perbelanjaan di Melbourne. 
 Hari ini matahari bersinar begitu cerah. Aku berencana untuk menghabiskan hariku dengan James, sahabatku. Aku dan James sudah berteman sejak setahun yang lalu, kami selalu berbagi, baik suka maupun duka. Terkadang persahabatan kami disertai konflik-konflik yang membuatku marah, atau membuat James jengkel. Tetapi sungguh, itu hanya konflik kecil yang semakin mempererat persahabatan kami, hanya persahabatan ataukah?. Selain James, aku punya empat orang teman baik, Lolita, Joe, Rayhan, dan Ellya 
 “Lily...ayo berangkat!” teriak Ell
 “OK...wait me for a minute!” teriakku dari kamar.
Aku turun dan melihat kelima sobatku telah menunggu dengan manyun-manyun.
 “he..he..he..sorry guys!lama ya nunggunya?” tanyaku tanpa dosa
 “enggak kok, baru juga sejam...sampe’-sampe’ dirubung semut!”kata Joe sengit
 “sudah..sudah..ayo kita berangkat!Pak Kardi sudah manasin mobil tuch!” kata James
 “ah...kau ini James,selalu saja membela Lily” ejek Loly
Aku tak tahu apa maksud perkataan Loly tadi. Tapi kata-kata itu membuat James tertunduk.
Kami berniat menghabiskan akhir pekan di perkebunan teh milik ayah Rayhan. Rayhan anak konglomerat pengusaha teh terkemukan di kota kami. Tetapi ia tidak terlihat seperti anak orang berada, ia selalu bersahaja dan sederhana. Itu yang membuat kami kagum pada Rayhan. Perjalanan ke perkebunan memakan waktu 6 jam. Maklum jalannya sangat berliku. Pukul 4 sore kami baru tiba di perkebunan teh Rayhan.
“eh...den Rayhan sudah datang. Mari masuk den, kamarnya sudah bibi siapkan!” sambut bik ijah
“bik,,,jangan panggil den ya,,,please...! aku malu bik,kan ada teman-temanku!”ucap Rayhan pelan. Dan Bik Ijah hanya manggut-manggut.
Bik Ijah menunjukkan letak kamar tidur kami. Kamar cowok disebelah kanan lorong dan kamar cewek ada di sebelah kiri lorong yang sama. Kamar mewah dilengkapi dengan AC dan satu buah tempat tidur besar menyambut kami. Pemandangan di luar jendela begitu indah, hingga aku tak rela berkedip untuk memandangnya.
“hei..kok melamun?mikirin aku ya” kata James tiba-tiba berada tepat di sebelahku.
“Deg” jantungku berdegup ketika aku berpaling, wajah James tepat di depanku.
“ups..sorry!!!” kata James sambil memundurkan badannya.
“ah..kau itu, mengagetkan saja!!” kataku
“hei..kenapa berdiam di kamar saja, anak-anak sudah menunggu di bawah untuk jalan-jalan” kata James
“oh..iya,,ya,,kita kan mau melihat matahari terbenam di bukit belakang villa” kataku sambil berlari keluar kamar.
James hanya melihatku keluar kamar dan ia pun mengikutiku. Dalam perjalanan aku hanya terdiam, aku berpikir keras, mengapa akhir-akhir ini aku dan James begitu jauh. Walau kami selalu berada di satu tempat yang sama tetapi rasanya ada 1000 mil jarak di antara kami. Dan jantungku sering berdegup tak karuan ketika berada di dekatnya. Perubahan itu ternyata terjadi pada James juga. Ia selalu tertunduk ketika ada candaan tentangku dan dia. Ada apa ini? Aku tak mungkin jatuh cinta pada sobatku sendiri. Ah..pusing aku memikirkannya.
“hei..non kenapa melamun saja?” kata Joe sambil menepuk pundakku.
“hei..hei..hei..kaget tau!!”kataku sambil memukul-mukul bahu Joe.
“ampun..ampun..ampun..!”teriak Joe. Lalu kami berkejaran di sekeliling pohon teh. Begitu menyenangkan, aku dapat tertawa lepas. Seperti tanpa beban. Tapi ketika kulihat raut wajah James, ia terlihat tidak senang.
“hei..kalian berdua..hentikan..James tak suka melihatnya!” kata Rayhan sambil melingkarkan tangannya di leher James.
“kau bicara apa..!” sergah James sambil melepaskan tangan Rayhan dengan kasar, kemudian berjalan menjauh.
“kenapa dia? Aneh sekali. Tak biasanya dia seperti itu!!” kata Loly keheranan.
“kau keterlaluan Ray,,!”kata Ell.
“kalian bicara apa sich...? aku nggak ngerti dech?!?!?!”kataku keheranan.
Jalan-jalan kami tidak berjalan mulus, karena pertengkaran kecil tadi. James tetap cemberut. Rayhan malah semakin menggodanya. Aku jadi heran melihat sikap teman-temanku. Sungguh tak seperti yang ku harapkan.
“ayo pulang..!” ajakku
“sebentar lagi,,nunggu sampai hilang dulu” pinta Loly.
“aku mau pulang sekarang!”rengekku.
“dasar manja...bersikaplah sedikit dewasa!!”kata James.
Tak kusangka James berkata seperti itu. Semuanya melihat ke arahnya. Seakan tak percaya pada apa yang telah di katakannya.
“kenapa kalian melihatku seperti itu? Ada yang salah?” tanya James tak berdosa.
Aku tak terima dengan ucapannya. Bukan karena tersinggung atau apalah,,tetapi kata-katanya mengingatkanku pada luka lamaku. Luka yang berusaha aku lupakan 6 tahun ini. Aku segera pergi meninggalkan bukit itu. Aku berjalan ke villa dengan perasaan galau. Kenapa James bersikap seperti itu. Apa salahku. Aku bertanya-tanya pada hatiku, mungkin aku telah melukai perasaannya. Tapi aku tidak berkata apa-apa atau berbuat yang sekiranya dapat menyakitkan hatinya.
Aku berlari menuju kamar. Aku mengemasi semua pakaiannku. Aku mau pulang saja. Aku menelpon taksi. Untung taksi segera datang, sebelum semuanya pulang dari bukit. Taksi yang kutumpangi meluncur ke arah selatan dengan kecepatan tinggi. Aku tak peduli berapa rupiah yang harus kubayar. Aku hanya ingin pulang. Aku tak tahan, dengan sikap James. Dia begitu angkuh, dingin, dan tak berperasaan. Mereka semua bahkan tak menghubungiku atau berusaha mencariku. Tetapi, memang aku sengaja mematikan handphoneku.
Sudah tiga minggu sejak pertengkaran itu aku tak pernah mengaktifkan handphoneku atau menemui teman-temanku. Aku menenangkan diri di rumah nenek. Aku tidak mengizinkan orang rumah mengatakan kemana aku pergi. Bahkan aku mengancam pembantuku, jika ada salah satu temanku yang menyusulku ke rumah nenek, dia akan kupecat tanpa pesangon.
Dua bulan sudah aku menjauhi teman-temanku. Aku ternyata rindu juga dengan mereka. Kuputuskan untuk pulang ke Surabaya. Dalam perjalanan pulang aku melihat James bercengkrama dengan seorang cewek cantik. Hatiku sakit..tak sadar aku pun menangis.. tapi kenapa? Apa aku telah jatuh cinta padanya? Tidak mungkin... ...
“hei..Lily!darimana saja kau? Sudah hampir tiga bulan tak dengar kabarmu” tanya Joe ketika aku baru turun dari mobil.
“Ooo,,aku ada urusan di rumah nenek!”kataku datar. Aku tak bisa berkata apa-apa, karena hatiku sedang kacau.
“Handphonemu tak pernah aktif?”tanya Joe lagi
“tak ada sinyal, Joe!” jawabku singkat.
Kutinggalkan Joe begitu saja di teras rumah. Aku masuk ke rumah, lalu ke kamar dan tidur. Berharap semua ini hanya mimpi. Dan ketika aku terbangun, semua kembali normal seperti sebelum pertengkaran itu. Pertengkaran yang tak ku tahu apa penyebabnya.
“Non,,bangun non!”
“ah..bibik ini,,kenapa sich bik, inikan masih pagi!”kataku malas.
“itu non, papi non pulang!”
“hah..papi pulang!” teriakku. Aku langsung melompat dari tempat tidur dan berlari ke bawah.
“hai..anak papi sudah bangun rupanya!
“papi... ... kemana aja sich?”tanyaku sambil memeluk papiku tercinta.
“maaf,,ada tugas mendadak di Singapura. Ada anak perusahaan baru papi di sana yang baru buka.” Jelas papi
Aku menghabiskan hariku dengan papi. Shopping, berenang, jalan-jalan, makan-makan. Pokoknya menyenangkan sekali. Maklum, papi memang jarang pulang ke Indonesia. Dia selalu mengurusi anak perusahaannya yang tersebar seantero jagad. Sedangkan mami, beliau lebih senang menghabiskan waktunya mengelola pusat perbelanjaan di Melbourne, untung kak Anthony mau membantu jadi beliau tidak kesepian dan kerepotan.
“Papi,,aku mau menyusul mami ke Aussie!” pintaku. Entah mengapa aku punya niat seperti itu. Mungkin untuk pelarianku. 
“Boleh,,boleh,,saja! Papi siapkan pesawat pribadi untuk mengantarmu!”kata papi sambil mengelus rambutku.
Betapa senangnya aku mendengar persetujuan dari papi, aku berniat mengadakan pesta perpisahan kecil-kecilan. Entah kenapa aku ingin mengadakannya.
“hallo Joe..kamu kumpulin temen-temen ya..nanti malem jam 20.00 ke rumahku. Aku ada pesta kecil-kecilan!” kataku singkat
“OK..jam 20.00 acara makan-makan ya..!!!” balas Joe dengan aksen konyolnya.
“Iya..sekalian perpisahanku. Aku mau ke Aussie, nyusul mami..!” kataku lagi sambil menutup telpon.
“lho..lho..lho..hallo..hallo..hallooww..!”
Pukul 20.00, semua telah berkumpul di rumahku, kecuali James dan Ellya. Aku menunggunya, dan berharap dia akan datang. Entah kenapa aku ingin sekali bertemu James sebelum aku berangkat ke Aussie. Tak lama kemudian Ellya datang. 
“Aduh..sorry ya teman-teman,,tadi adikku tiba-tiba sakit dan aku harus mengantarnya ke rumah sakit!” jelas Ell
“oh..tak apa-apa,,toh kamu datang juga!”kata Joe.
Lama kutunggu James tak kunjung datang. Entah dia tidak tahu atau tidak mau tahu aku tidak peduli. Yang aku inginkan adalah bertemu James sebelum aku berangkat ke Aussie.
Pesta telah usai. James tidak datang. Tetapi aku tetap menunggunya di depan rumah. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Aku tertidur di teras.
Dalam kepekatan malam, aku melihat James mendatangiku, membawakanku selimut dan menyelimutiku. Hangat. Tenang. Sungguh perasaan damai yang kurasakan.
“Honey... bangun,,ayo berangkat! Pesawat pribadi sudah menunggumu!” kata papi sambil mencium keningku
Begitu aku buka mataku, aku sudah berada di mobil bersama papi.
“pagi papiku sayang,,!” kataku manja sambil memeluk pinggang papi erat sekali. Seolah tidak akan bertemu lagi.
Pesawat yang membawaku ke Aussie sudah take off. Aku tidak sempat pamitan kepada James. Tetapi aku akan mengirim e-mail padanya. Aku akan minta maaf dan menjelaskan semuanya.
to : james_greece@yahoo.com
James, aku berangkat ke Aussie..bukan untuk menghindarimu atau menjauhimu. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Maafkan aku selama ini mendiamkanmu, mungkin aku sedikit keterlaluan, tetapi aku ingin kamu tahu alasanku. Aku pernah memiliki masa suram dalam perjalanan hidupku. Ini tentang kenaifan masa praremajaku. Aku pernah tersakiti dan aku tidak dapat meluapakannya. Aku bukannya tidak mau menjadi dewasa atau tidak berusaha untuk menjadi gadis dewasa. Tetapi James, aku trauma. Aku harap kamu dapat mengerti dan memaafkan aku. Dan ada satu lagi, mungkin ini sedikit keterlaluan,,setelah aku berpikir dan merenung,,ternyata aku menciantaimu...maafin aku ya James,,selamat tinggal!!!
Kukirim pesan itu. Kemudian tiba-tiba...
Dddhhhuuuuaaaaaarrrrrrrrrr…………………………………
Gelap...dingin...sunyi...
HEADLINE NEWS
“PESAWAT PRIBADI YANG DITUMPANGI PUTRI PENGUSAHA TERNAMA, LEX LUTHOR, MELEDAK DI ATAS SAMUDERA HINDIA”
Berita yang cukup menggemparkan bukan??. Saat James membuka e-mailnya, tepat ketika James membaca headline tersebut.
“Tidaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk... ...”!
2 tahun kemudian,,,
James tidak datang di acara pemakaman Lily. Dia pergi ke Aussie. Dia berniat melanjutkan studynya di Universitas terkemukan di sana. Setiap tanggal 4 November, James selalu pergi Port Headland. Untuk memperingati ulang tahun sekaligus hari kematian wanita yang selama ini tetap dicintainya, Lily. Dia menghabiskan waktu di pantai,,,hanya untuk memandang laut dan angkasa yang telah merenggut wanita yang dicintainya.
“Lily,,,seandainya aku tidak terlambat, seandainya aku tidak terlalu angkuh untuk mengakui perasaanku, seandainya aku tahu isi hatimu,,,”
Lama sekali James terbenam dalam lamunannya. Setetes, dua tetes, bertetes-tetes air mata tidak dapat membuat Lily hidup kembali. Dua menit cukup untuk mengukir kenangan, tetapi 2 tahun tidak cukup untuk menghapusnya.
“Lily...aku mencintaimu... ... ...!!”
“Sudah terlambat, James. Bahkan Tuhan pun tahu itu!”  

Senin, 18 Mei 2009

As a heart never doubt

Suatu malam aku tak dapat memejamkan mata. Aku teringat bayangan masa silam. Masa keemasan hidupku. Masa mudaku. Aku membuka kotak memoriku. Kotak yang tersimpan rapi dan tak pernah tersentuh sampai saat aku membukanya. Penuh debu, namun semuanya tersimpan di situ. Aku membuka buku harianku. Dan aku menemukan ini..

As a heart never doubt

I see a heart standing
So clumsy and freezy
Never say lying in your nice lips
Tell it friendly and get it free

How many miles you go
To path through the lonely place
For the first you step your foot
You will stop for the second

May I not promise
A billion of pearls
But I dare my life
To the heart never doubt

Aku tak pernah tahu artinya, tetapi satu yang ku tahu, tulisan itu pernah mempunyai arti dalam hidupku. Sejenak ku pandang jam di kamarku telah menunjukkan lewat tengah malam. Lama aku merenung. Lama kupandangi tulisan itu. Lama sekali. Dan akhirnya aku tersadar..untuk saat ini semua itu hanya kenangan masa lalu. Itu saja. Dan aku tertidur tanpa pernah menutup kotak itu kembali.


Minggu, 17 Mei 2009

Pembaringan Senja Episode II

Di pembaringan ini
Aku menunggu ajalku datang
Di Pembaringan ini
Aku kembali terbayang

Akan kenanganku
Kenangan yang tak pernah menjadi kenyataan
Kenangan yang bahkan tak pernah terukir
Kenangan yang bahkan hanya khayalan belaka

Kenanganku...
Selalu setia menemaniku di pembaringan ini
Selalu setia menemaniku di hari tuaku
Selalu setia menemaniku selamanya...

Salahkah diriku ini
Yang hidup hanya dengan kenangan_mu
Yang hidup hanya dengan bayangan_mu
Yang hidup hanya dengan khayalan_ku

Mungkin hidupku tak berarti
Tetapi menjadi berarti karena kenangan_mu

Malam telah datang...
Senja telah berlalu
Ketika fajar datang
Aku pergi...

Jangan menangis...
Aku telah lama terpenjara dalam pembaringan ini
Aku telah lama terpenjara dalam kenangan ini
Kini aku telah terbebas dari pembaringan_ku

Jangan menangis...
Terlalu sayang airmatamu
 untuk sekedar menangisi kepergianku
Engkau telah bahagia
Jadi...
Biarkan aku bahagia
Dengan terlepas dari pembaringan senjaku yang telah layu


Avicenna like me!

Ternyata kenyataan itu tak semanis permen coklat

16 Mei 2009
Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Tetapi ternyata kenyataan itu tak semanis permen coklat

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Hanya untuk menerima bahwa kenyataan itu tak semanis permen coklat

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Di atas sebuah atap yang ku bangun dari puing sisa – sisa badai

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Di atas sebuah atap yang ku bangun dari puing sisa – sisa badai
masih di bawah guyuran hujan yang sama
masih di dalam hebatnya badai yang sama
masih menunggu
hanya untuk mengetahui bahwa kenyataan itu tak semanis permen coklat

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Telah mengakar rinduku
Dan telah berkarat cintaku
Keduanya melebur menjadi satu dalam cawan kehidupan
Hingga gairah dan hasrat memiliki telah sirna

Aku menunggunya 8 tahun 2 bulan 1 minggu 3 hari.
Sejak 6 Maret 2001 – 16 Mei 2009
Hanya untuk sebuah kenyataan yang ternyata tak semanis permen coklat

Ya...
Tak semanis permen coklat
Titik.

Rabu, 13 Mei 2009

Pembaringan Senja_ku

Ada sesuatu yang selama ini tak pernah kusadari
Ada sesuatu yang selama ini ku hindari
Ada sesuatu yang selama ini tak ingin kulewati
Ada sesuatu yang selama ini membuatku takut

aku menunggu...
tetap menunggu
mungkin hanya itu yang dapat aku lakukan
mungkin hanya itu

aku takut perasaan ini...
  menyakiti banyak orang
karena itu aku tak pernah mengakuinya
karena itu aku selalu menyembunyikannya
karena itu aku berusaha mengingkarinya

Agar tak ada seorang pun tahu
Agar tak ada seorang pun yang tersakiti
Agar tak ada seorang pun yang menangis
Agar tak ada seorang pun yang menderita

Aku berharap dunia mau menerima perasaanku
Aku berharap kelak ketakutanku hilang
Aku berharap ...
Aku berharap ...
Terus berharap...

Mungkin ketika saat itu tiba
Semua sudah terlambat...
Perasaan itu telah mati dan terkubur
Terkubur dalam lautan memori 
 tak pernah muncul ke permukaan

Di pembaringan senja ini
Aku melamunkan
Aku, kau, dan dia berjalan bersama
 di Taman yang indah
Aku, kau, dan dia bercengkerama
 di Beranda kebahagiaan

Tetapi...
Ketika matahari telah beranjak pulang
Senja sirna dan gelap pun datang
Dan akhirnya aku tahu
Lamunan itu tak akan pernah menjadi kenyataan...SELAMANYA
@vicenna_Pembaringan_Senja_2007

TAK KUTEMUKAN

Belum kutemukan, kawan!
Aku sudah mencarinya,,,
Di kolong jembatan bahkan di kolong tempat tidur
Di taman kota sampai taman depan sekolah
Di sungai-sungai sampai got dan parit-parit
Tetapi tak kutemukan, kawan!

Jika Peterpan dapat bertanya kepada malam
Jika Ebiet dapat bertanya pada rumput yang bergoyang
Aku bertanya pada siapa?
Tak ada yang mau beriku jawaban
Tak juga teman apalagi lawan,,,

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi apa daya
Aku merasa sepi walau beribu orang di sekitarku
Tetapi apa daya
Aku merasa gaduh walau tak ada seorang pun di sekellilingku

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi apa daya
Semua pergi
Semua punya kesibukan sendiri
Semua punya urusan sendiri

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi aku tak punya teman
Tetapi aku tak punya kawan
Bahkan lawan pun enggan
Bahkan musuh pun menjauh

Seharusnya aku tidak sendiri
Tetapi pada kenyataannya
Aku sendiri
Dan aku menikmati kesendirianku
Dalam kekosongan
Hingga ku tak dapat menemukan

Ketidaktahuan bukanlah sebuah dosa, kawan!
Ketidaktahuan memang kelemahan ku
Ketidaktahuan memamg kekurangan ku
Tetapi aku menyadarinya
Tetapi aku mengakuinya
Tetapi aku tidak menyembunyikannya

Biar semua orang tahu akan kekuranganku
Biarlah………….
Kekurangan tak lantas harus ditutup-tutupi
Tetapi harus dihadapi 

Biarlah semua kawan
Biarlah semua teman
Biarlah semua sobat
Mencaci kelemahanku
Mempermasalahkan kekuranganku
Dan akhirnya pergi meninggalkanku
Tetap tak kutemukan

Apa yang kucari…..
Terserak di lorong-lorong gelap
Terserak di luasnya pelataran mayapada
Terserak antara timur dan barat
Utara dan selatan

Apa yang kucari…..
Bagai fatamorgana
Yang kemudian hilang
Kemudian muncul kembali

Aku mau berubah
Seperti ulat yang buruk rupa
Menjadi kupu-kupu yang cantik jelita
Tetapi itu membutuhkan waktu yang lama
Perubahan itu tak lantas semudah mengedipkan mata
Tak lantas semudah membalik telapak tangan
Tak lantas semudah menghembuskan nafas

Tetapi tak kutemukan
Tetap tak kutemukan
Tak kutemukan dalam kesendiriankku
Ataupun dalam kegaduhanku

Tak kutemukan, Kawan!

Avicenna_project

DEKLARASI TENTANG PENGHARGAAN TERHADAP DIRIKU SENDIRI

Bagaimana aku dapat mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupanku?

 Aku adalah aku.
 Diseluruh penjuru dunia ini, tak ada satu orang pun yang benar – benar tepat menyerupai aku. Ada orang – orang yang memiliki sejumlah bagian yang mirip dengan punyaku namun tak seorangpun yang seluruh bagiannya persis seperti aku. Karena itu, segala sesuatu yang keluar dariku adalah asli milikku karena aku sendirilah yang memilihnya.
 Aku memiliki segalanya dari diriku – tubuhku, termasuk segala sesuatu yang menyusunnya; pikiranku, termasuk semua wawasan dan gagasanku; mataku, termasuk citra – citra yang ditangkapnya; perasaanku, apapun bentuknya – kemarahan, kegembiraan, frustrasi, cinta kekecewaan, kegairahan – mulutku dan semua kata – kata yang keluar darinya – sopan, manis, atau kasar, benar atau salah; suaraku, keras atau lembut; dan semua tindakanku, entah terhadap orang – orang lain atau terhadap diriku sendiri.
 Aku memiliki fantasi – fantasi, impian – impian, harapan – harapan, dan ketakutan – ketakutanku sendiri.
 Aku memiliki semua kemenangan dan kesuksesan, seluruh kegagalan dan kekeliruanku.
 Karena aku memiliki seluruh diriku sendiri, aku dapat benar – benar mengenal diriku sendiri. Dengan demikian, aku dapat mencintai diriku sendiri dan bersikap bersahabat dengan semua bagianku. Aku selanjutnya dapat membuka kemungkinan bagi segenap diriku untuk bergerak demi keinginan – keinginanku yang tertinggi.
 Aku tahu bahwa ada segi – segi dari diriku sendiri yang membingungkanku dan segi – segi lain yang tidak aku ketahui. Namun sepanjang aku bersikap ramah serta mencintai diriku sendiri, aku dapat dengan penuh keberanian dan harapan mencari solusi – solusi bagi kebingungan – kebingungan itu berikut cara – cara untuk lebih memahami diriku sendiri.
 Bagaimanapun rupa dan suaraku, apapun yang aku lakukan dan kerjakan, serta apapun yang aku pikirkan dan rasakan pada suatu waktu, itu adalah aku. Itu otentik dan menampilkan sosokku dimana aku berada pada waktu itu.
 Ketika selanjutnya aku menelaah bagaimana panampilan suaraku, apa yang aku katakan dan lakukan, dan bagaimana aku berpikir dan merasakan, beberapa bagianku terlihat menjadi tidak pantas. Aku dapat membuang yang tidak pantas dan mempertahankan yang terlihat pantas, serta menemukan sesuatu yang baru untuk menggantikan yang aku buang.
 Aku dapat melihat, mendengar, merasakan, berpikir, bicara, dan bekerja. Aku mempunyai kelengkapan – kelengkapan untuk bertahan hidup, untuk dekat dengan orang – orang lain, untuk bekerja produktif, untuk memahami, dan menata dunia yang terdiri dari orang – orang dan hal – hal di luar diriku.
 Aku memiliki diriku sendiri dan karenanya aku dapat merekayasa diriku sendiri.
 Aku adalah aku dan aku merasa puas

“Virginia Satir”

Jumat, 24 April 2009

Tetralogi Kehidupan,,Sang Pengelana Mimpi

Ada sebuah cerita….kawan!!
Cerita tentang seseorang yang mencari jati diri
Pengelana mimpi
Ia menyebut dirinya

Setiap hari….kawan!!
Ketika matahari telah duduk di singgasana hari
Ia berjalan ke arah barat
Menenteng keranjang kehormatan
Berkumpul dengan para pejabat di bawah kolong langit

Setiap pagi….kawan!!
Ketika ia baru terjaga dari tidur panjangnya
Dengan piyama kedudukan
Ia duduk menghadap ke timur dengan menyilangkan kaki 
Sambil minum teh dari gelas kesengsaraan

Setiap siang….kawan!!
Ketika matahari menunjukkan kesombongannya
Ia memakai topi kejujuran
Berjalan angkuh ke arah selatan di jalan kebenaran
Dengan menghisap cerutu kebohongan

Setiap malam….kawan!!
Ia mengenakan jas kesetiaan
Ia akan pergi ke sebuah pesta
Bachelor Party….temanya
Tahukah kau….
Ia telah beristri empat

Ia begitu tenang
Begitu penuh wibawa
Begitu terhormat
Banyak orang menyanjungnya
Tahukah kau apa alasannya???
Ia menyebut dirinya
Pengelana Mimpi

Kenza_Yukata

Wajah itu

Wajah itu yang selalu tersenyum
Ketika aku bahagia
Ketika aku meraih prestasi gemilang

Wajah itu yang selalu terdiam
Ketika aku melakukan kesalahan
Ketika aku kalah dalam persaingan

Wajah itu yang selalu teduh
Ketika aku butuh tempat melepas peluh
Ketika aku duduk lelah tersimpuh

Wajah itu yang selalu ceria
Ketika aku pulang membawa berita
Ketika aku terkekeh bercerita

Wajah itu yang selalu bersahaja
Walau telah letih bekerja
Walau terlalu penat terjaga

Wajah itu….
Wajah cantik ibuku
Ya…ibuku yang ku sayang
Walau kadang aku nakal
Tetapi kau tetap sayang
Walau aku terkenal badung
Kasihmu tetap tak terbendung
Ibu…
I LOVE YOU

Sarang_ku, 24 April 2009_Avicenna


Kamis, 23 April 2009

THE LAST SAMURAI "Ksatria dan Samurai"

Kapten Nathan Algren (Tom Cruise) adalah seorang prajurit (walau berpangkat Kapten Kavaleri 17, dia tetaplah prajurit) yang ikut berperang membasmi gerombolan pemberontak Indian Amerika di medan Gettysburg. Dia adalah Pahlawan Amerika bermedali terbanyak. Namun ketika ia harus keluar dari kemiliteran, ia dikontrak oleh Winchester Company untuk mengiklankan senjata dengan gaji 25 dollar per minggu. 
 Kemudian nasib membawanya ke Jepang. Ia dikontrak untuk melatih prajurit kerajaan Jepang (waktu itu sedang gencar-gencarnya pemberontakan Katsumoto). Pada saat itu kaisar Jepang tergila-gila dengan kebudayaan barat. Para Samurai menganggap perubahan ini terlalu cepat. Kebudayaan kuno dan modern berperang dalam jiwa rakyat Jepang. Saat itu Jepang sudah mulai mengenal banyak sekali budaya barat; pakaian barat sampai senjata model barat. Kaisar sepertinya melupakan darimanakah Kepulauan Jepang berasal. 
  Ada beberapa peristiwa yang menunjukkan perbedaan antara seorang Ksatria dan seorang Samurai. Pertama, pada pertempuran pertamanya (setelah ia berhenti dari kemiliteran) kali ini, jiwa keprajuritan Kapten Algren yang sudah terasah, muncul kembali (apalagi ketika Sersan Grant tewas di depan matanya) . Walau sudah terdesak, terluka, dan tanpa senjata yang berarti, dia tetap bertarung, bertarung, dan bertarung. Meski ia harus bertumpu pada kedua lututnya ia tetap mempertahankan dirinya. Bahkan ketika maut telah mencapai leher ia tetap bertahan, hingga Hirotaro terbunuh di tangannya. Keberanian dan kegigihan yang ditunjukkan oleh Kapten Argen membuat Katsumoto tertegun. Katsumoto seperti melihat semangat dan keberanian seekor harimau putih (yang merupakan simbol yang tertera pada bendera pasukan Katsumoto). Semangat seorang Ksatria.
Kedua, ketika Ujio meminta Katsumoto untuk membunuh Algren karena Algren sudah kalah dalam pertempuran dengan memalukan. Tapi dengan tegas Katsumoto mengatakan bahwa itu bukan merupakan sebuah budaya di negara Algren. 
Ketiga, ketika Hideo bermain pedang-pedangan dengan temannya, ternyata temannya kalah dan ketika Algren bermaksud mengembalikan pedangnya namun teman Hideo menolaknya. Namun ketika Ujio menyuruh Algren meletakkan pedangnya Algren berkeras tidak mau meletakkan pedangnya. Bahkan sampai ia harus berdarah-darah, ia tetap mempertahankan pedang kayu itu. Bagi orang Jepang kekalahan adalah hal yang memalukan (bahkan ada tradisi harakiri). Namun itu tidak berlaku di negara Algren.
Kapten Amerika itu belajar banyak hal di kamp itu (saat ia menjadi tawanan Katsumoto), sehingga ia memutuskan untuk membela Katsumoto (setelah ia melihat bagaimana Nobutada mati demi membela ayahnya, Katsumoto) dalam bertempur melawan tentara Kerajaan Jepang. Dan dia diberi kesempatan untuk berperang sebagai seorang Samurai(bahkan dibuatkan sebuah pedang samurai yang bertuliskan ”Aku milik seorang ksatria dimana semangat kuno dan baru bersatu” dan memakai baju zirah almarhum Hirotaro). Di medan perang, sekali lagi Kapten itu menunjukkan kredibilitasnya sebagai seorang prajurit. Bertempur dengan gagah berani, tidak peduli senjata yang dihadapi, tidak peduli berapa banyak jumlah musuh yang dihadapi (memang seorang prajurit sejati harus berlaku seperti itu). Ada sebuah peristiwa yang kembali menjadi pembeda antara Ksatria dan Samurai, pedang Katsumoto jatuh terlebih dahulu sebelum dirinya roboh, sedang Algren terus menggenggam pedangnya pada saat ia sudah jatuh dari kuda. 
Semangat Ksatria dan Samurai akhirnya bergabung, melebur menjadi satu, demi mewujudkan prinsip yang mulai terlupakan, Kehormatan. Walau pada akhirnya yang dikorbankan adalah nyawa. Tapi pengorbanan itu tidak sia-sia, karena pada akhirnya Kaisar Jepang menyadari bahwa selama ini ia telah ”sedikit” melupakan tradisinya, yaitu semangat Samurai. Dan ternyata yang menyadarkannya secara tidak langsung adalah orang asing (Nathan Algren)
Dari film ”The Last Samurai” dapat dilihat bahwa Ksatria (Barat) berbeda dengan Samurai (Timur), namun ada beberapa hikmah yang amat sangat dalam artinya yang dapat diambil dari beberapa peristiwa itu, bahwa bagaimanapun pengaruh asing telah masuk dan merasuk dalam suatu Negara, tapi hendaknya tradisi atau kebudayaan asli Negara itu tidak boleh dilupakan begitu saja. Kapten Nathan Algren tetap menjunjung tradisinya walau ia berada di negeri orang. Katsumoto memperjuangkan tradisi yang diyakininya walau harus dibayar dengan nyawanya. 


Kajian Nilai Dharma (Kebenaran Hakiki) dan Adharma (Kejahatan) dalam Mahabharata

Pendahuluan 
 Dalam kesusastraan Indonesia kuna kita mengenal dua epos besar, yaitu : Ramayana dan Mahabharata, yang pada awalnya ditulis dalam bahasa Sanskerta. Menurut para arif bijaksana, Ramayana dikatakan lebih tua daripada Mahabharata. Keduanya memuat uraian tentang adat istiadat, kebiasaan, dan kebudayaan manusia di jaman dahulu.
 Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti besar dan kata bharata yang berarti bangsa Bharata. Pujangga Panini menyebut Mahabharata sebagai ”Kisah Pertempuran Besar Bangsa Bharata”. Dilihat dari segi kesusastraan, epos Mahabharata memiliki sifat-sifat dramatis. Tokoh-tokohnya seolah-olah nyata karena perwatakan mereka digambarkan dengan sangat hidup, konflik antara aksi dan reaksi yang berkelanjutan akhirnya selalu mencapai penyelesaian dalam bentuk kebajikan yang harmonis. Nafsu melawan nafsu merupakan kritik terhadap hidup, kebiasaan, tatacara, dan cita-cita yang berubah-ubah. Dasar-dasar moral, kewajiban dan kebenaran disampaikan secara tegas dan jelas dalam buku ini. Menurut Mahatma Gandhi, konflik abadi yang ada dalam jiwa kita diuraikan dan dicontohkan dengan sangat jelas dan membuat kita berpikir bahwa semua tindakan yang dilukiskan di dalam Mahabharata seolah-olah benar-benar dilakukan oleh manusia.
 Epos Mahabharata telah meletakkan doktrin dharma yang menyatakan bahwa kebenaran bukan hanya milik satu golongan dan bahwa ada banyak jalan serta cara untuk melihat atau mencapai kebenaran karena adanya toleransi. Epos Mahabharata mengajarkan bahwa kesejahteraan sosial harus ditujukan bagi seluruh dunia dan setiap orang harus berjuang untuk menwujudkannya tanpa mendahulukan kepentingan pribadi. Itulah dharma yang diungkapkan epos Mahabharata sebagai sumber kekayaan rohani atau dharmasastra.

Pengertian dan Hakikat Moral
 Secara umum, moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBBI, 1994; dalam Teori Pengkajian Fiksi : Nurgiyantoro : 320). Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral dalam cerita, menurut Kenny (1966: 89; dalam Teori Pengkajian Fiksi : Nurgiyantoro : 321), biasanya dimaksudkan sebagai suatu saranyang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
 Karya sastra , fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad.
 Kehadiran unsure religius dan keagamaan dalam sastra adalah setua sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius (Mangunwijaya, 1982: 11; dalam Teori Pengkajian Fiksi : Nurgiyantoro : 326). Istilah “religius” membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan da[pat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda. 
 Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Religiositas di pihak lain, melihat aspek yang di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedal;aman pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi (Mangunwijaya, 1982: 11-12 ; dalam Teori Pengakjian Fiksi : Nurgiyantoro : 327).  

Dharma
Dharma or dharma (derived from the Sanskrit root dhr, to sustain, uphold) is one of the most frequently encountered words in Indian religions and it has a great many different meaning in various contexts: law, doctrine, established order, ‘element’, something irreducible either in thought, language or physical reality (Klaus K Klostermaier , Buddhism A Short Introduction : 31). 

………..In short, the principle of the Buddhist religion amounts to faith and life in the Three Treasure (Ratna-traya), which means oneness of the Perfect Person (Buddha), the Truth (Dharma), and the Community (Sangha) (Masaharu Anesaki , History of Japanese Religion : 54). 

DHARMA UPADESA

Ini adalah dharma upadesa yaitu ajaran para resi hindu yang mulia. Ajaran dharma yang luhur itu pada hakekatnya adalah hukum kebenaran hidup yang hakiki. Karena dasarnya adalah suatu pemahaman yang utuh tentang hubungan antara Tuhan, Alam, dan Manusia (Tri Hita Karana). Oleh sebab itu dharma adalah sumber pengetahuan dan peri-laku kehidupan yang bersifat sempurna. Sebagai landasan hukum yang bersumber pada wahyu suci dan pengalaman hidup kebenaran-kebenaran di dalam dharma dapat diketahui melalui tiga cara yang utama (Tri Pramana), yaitu dengan menerimanya secara langsung sebagai wahyu yang diturunkan (Pratyaksa Pramana), atau dengan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian dan pengamatan (Anumana Pramana), maupun dengan menerimanya melalui keterangan para guru, yang dapat keterangan tentang ajaran berdasarkan kitab pustaka suci (Agama Pramana).
Adapun ajaran dharma agama hindu, yang menuntun umat manusia dalam perjalanan hidupnya, adalah mutiara-mutiara kebenaran yang terdapat pada berbagai sumber tertulis, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Weda, yang berasal dari kata wid, artinya ilmu pengetahuan suci. Adapun pustaka mulia ini disebut Sruti, atau sabda yang diperdengarkan, dan terdiri dari empat bagian (Catur Weda), yaitu Rig-Weda, Yayur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda.
2. Upanisad, yaitu kitab-kitab pengetahuan dan pemikiran keagamaan yang merupakan hasil karya para resi suci.
3. Smerti, yaitu kumpulan ajaran Weda yang diberikan dalam bentuk rumusan-rumusan yang mudah diingat. Termasuk di antaranya adalah kitab Manu Smerti dan Sarasamucchaya.
4. Purana, yaitu kumpulan cerita dari perumpamaan yang mengandung ajaran suci.
5. Itihasa, yaitu sejarah kepahlawanan yang mengandung ajaran dan keteladanan yang luhur. Maka di antara kumpulan pustaka suci ini yang paling terkenal adalah Ramayana dan Mahabharata. Adapun di dalam Wiracarita Mahabharata yang sangat panjang itu terdapat sebuah bagian penting yang berjudul Bhagavadgita, yang berisi ajaran tentang dharma, sebagaimana telah diberikan oleh Sri Kresna kepada Arjuna di medan perang Kurusetra. Pustaka suci ini seringkali disebut sebagai kitab Weda yang kelima.
Maka seluruh ajaran dharma, sebagai pegangan dalam kehidupan, dapat diringkaskan menjadi lima pokok kepercayaan utama (panca srada), yaitu pokok-pokok kepercayaan tentang Brahman, Atman, Karma Phala, Samsara (Punarbhawa), dan Moksa. Berdasarkan kelima pilar kepercayaan itulah dharma ditegakkan di atas landasan-landasan pengetahuan (tatwa), perbuatan (susila), dan peribadahan (upacara), dalam rangka mewujudkan amanat kehidupan yang utama, yaitu untuk mencapai kelepasan jiwa dan kesejahteraan umat manusia (moksartham jagadhitaya ca iti dharmah).
1. Brahman
Pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa (Widhi Tatwa) menerangkan bahwa Tuhan itu hanya satu dan tidak ada duanya (ekam eva adityam brahman). Maka hanya satu Tuhan itu sama sekali tidak ada duanya (eko narayanad na dwityosti kaccit), sehingga oleh karena itulah berlaku semboyan, berbeda-beda tetapi satu, tidak ada dharma yang mendua (bhineka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa).
2. Atman
Pengetahuan tentang kehidupan jiwa manusia (atma tatwa) menerangkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa) adalah Jiwa Yang Maha Tinggi (Parama Atma), sedangkan jiwa manusia (atma) adalah percikan-percikan kecil yang memancar daripadaNya. Sebagai sumber keberadaan yang menghidupkan tubuh manusia atman disebut pula dengan istilah Jiwatman. Demikianlah atman menghidupi semua mahkluk (sarwa prani) di seluruh alam-semesta.
3. Karma
Pengetahuan tentang buah-buah perbuatan (Karma Phala) pada hakekatnya bersandar kepada pengertian bahwa perbuatan yang baik (Cubhakarma) akan mendatangkan hasil yang baik, sedangkan perbuatan yang buruk (Acubhakarma) akan mendatangkan hasil yang buruk pula.
4. Punarbhawa dan Samsara
Pengetahuan tentang kelahiran kembali (Punarbhawa) dan penderitaan (Samsara) menjelaskan bahwa setiap manusia mengalami kelahiran yang berulangkali (Samsriti). Peristiwa ini terjadi baik dalam alam kehidupan yang sama maupun dalam alam kehidupan yang lebih tinggi atau lebih rendah, dan berlangsung sebagai lingkaran penderitaan yang seakan-akan tidak akan pernah berakhir (Samsara).

5. Moksa
Pengetahuan tentang tujuan akhir, bagi setiap orang yang menjalani kehidupannya di dalam kebenaran dharma, adalah mengenai makna kelepasan jiwa dan kesejahteraan umat manusia (moksartham jagadhitaya ca iti dharmah). Adapun moksa, yang berarti kebebasan dari ikatan keduniawian, belenggu hukum karma, dan kehidupan samsara itu dapat dicapai bukan saja setelah berakhirnya kehidupan, akan tetapi juga dalam kehidupan yang masih berlangsung (jiwan-mukti).
setiap orang yang ingin mengamalkan dharma dengan sempurna akan berusaha pula untuk menjalani keempat tingkat kehidupan (catur-asrama), yaitu berguru untuk menimba ilmu-pengetahuan suci (brahmachari), berkeluarga dan membina keturunan (grihastha), bersiap untuk meninggalkan keduniawian walaupun masih tetap dalam keadaan bekerja (wanaprastha), dan berbakti kepada Tuhan serta melepaskan keduniawian (biksuka). Khususnya pada tingkat yang terakhir itulah seseorang berdharma dengan menyebarluaskan ajaran-ajaran suci (nisparagraha). Maka oleh karena panggilan dharma itu pula semua anggota keempat golongan (catur warna), yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra erat bekerja-sama untuk membina kesejahteraan seluruh alam-kehidupan. Sesuai dengan watak, niat, dan bakatnya (swadharma), semua berupaya untuk mengusahakan kesejahteraan rokhani (bhukti) dan jasmani (mukti), dengan mengejar ketiga keutamaan (triwarga), yaitu kebenaran dalam kebajikan (dharma), kekayaan dalam ketekunan (artha), dan kesenangan dalam kehidupan (kama). Dengan senantiasa menyadari pengaruh-pengaruh satwa, rajah, dan tamas, sebagai sumber ketiga pengaruh (triguna), yang mendorong seseorang kepada kebaikan (dharma), kesenangan (kama), dan kejahatan (adharma). 
 Demikianlah kehidupan di dalam dharma memiliki sendi-sendi budi pekerti yang luhur. Oleh karena itu seorang yang ber-dharma senantiasa berguru sepanjang hidupnya. Ia berbakti dalam ketulusan-hati kepada keempat guru agung (catur kang sinanggah guru), yaitu pendeta (guru pengajian), bapak dan ibu (guru rupaka), dan pemerintah (guru wisesa), yang disebut pula Sang Guru Tiga (Triguna), serta Tuhan Yang Maha Esa sebagai guru yang utama (guru sejati/guru swadhyaya). Selanjutnya dengan mempelajari keagungan wiracarita, seseorang yang ber-dharma juga berguru untuk meningkatkan keyakinan bahwa kebenaranlah yang pasti menang, dan bukan kecurangan (satyam jayate na anretam). Sesungguhnya … "kebenaranlah yang menang pada akhirnya" (nyato dharma slatho jaya). Maka berdasarkan pengetahuan suci (tatwa), dan perbuatan baik (susila), dharma ditegakkan dalam kehidupan, dan kemudian disempurnakan melalui pemujaan (upacara). Adapun orang yang teguh keyakinan hatinya, ia setia menjalin hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widi Wasa). Dalam sikap bakti namaskara puja, tiga kali sehari memanjatkan Trisandhya, mengucapkan Gayatri-mantra yang suci.
 Setiap orang yang ingin mengamalkan dharma dengan sempurna akan berusaha pula untuk menjalani keempat tingkat kehidupan (catur-asrama), yaitu berguru untuk menimba ilmu-pengetahuan suci (brahmachari), berkeluarga dan membina keturunan (grihastha), bersiap untuk meninggalkan keduniawian walaupun masih tetap dalam keadaan bekerja (wanaprastha), dan berbakti kepada Tuhan serta melepaskan keduniawian (biksuka). Khususnya pada tingkat yang terakhir itulah seseorang berdharma dengan menyebarluaskan ajaran-ajaran suci (nisparagraha).  


Kebaktian Hidup dan Kebenaran Darma 
Dasar kehidupan adalah darma, yang menggerakkan berjalannya hukum karma, sedangkan tujuan kehidupan adalah darma, yang menyingkirkan belenggu penderitaan. Maka darmasiksa itulah jalan kemuliaan hidup, di segala waktu dan di segala tempat, bagi siapapun yang ingin mencari kebahagiaan (mamet hayu). Baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi sesamanya manusia.
 Darma itu adalah kebenaran hidup, sedangkan siksa adalah aturan kehidupan yang luhur. Inilah tujuan diuraikannya darma dalam aksara, yaitu naskah yang ditulis pada tahun saka 1440 dengan candrasangkala Nora Catur Sagara Wulan. Di dalam naskah diterangkan bahwa dasar keseluruhan tulisan ini adalah Sahyang dasakreta kundangeun urang reya atau Sepuluh Kesejahteraan Hidup Pegangan Orang Banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa kesepuluh butir pedoman kehidupan itu adalah … kalangkang dasa sila, maya-maya sanghyang dasa marga, kaprektyasaan sanghyang dasa indriya … bayangan kesepuluh sila, bayangan kesepuluh jalan keluhuran, yang didasari kesepuluh indera. Maka berdasarkan itulah kemudian diajarkan tentang pemeliharaan dan perawatan dasa indriya atau kesepuluh indera, dalam rangka mencegah terjadinya kenistaan hidup, yaitu mata (mata), telinga (ceuli), kulit (kulit), lidah (letah), hidung (irung), mulut (sungut), tangan (leungeun), kaki (suku), tumbung (paya), dan kemaluan wanita/kemaluan pria (baga/purusa). Kesepuluh indera inilah jalan yang membawa manusia ke surga atau ke neraka. Apabila semua itu dipelihara dan digunakan secara benar, maka akan mendatangkan keadaan yang disebut Sanghyang Sasana Kreta, yaitu kesejahteraan hidup, keberhasilan usaha, dan kesuburan alam. Seluruh bagian alam kehidupan akan berkembang dan bertumbuh oleh karena karma yang baik di dalam semangat darma yang luhur. Adapun kesepuluh bagian alam itu adalah dunia kehidupan (eka bumi), sawah ladang (dwi sawah), puncak gunung (tri gunung), samudra lautan (catur segara), pohon tetumbuhan (panca taru), tempat kediaman (sad panggonan), guru resi (sapta pandita), angkasa langit (hasta tawang), dewata agung (nawa dewa), dan penguasa alam (dasa ratu).
 Demikian pula tatanan masyarakat akan terpelihara dalam keadaan damai dan sentosa, karena kebajikan para pengamal ajaran darma, dan karena ditegakkannya ke sepuluh ke-bakti-an suci. Sebagaimana diterangkan di dalam pustaka yang dijunjung tinggi:
Nihan sinangguh dasa prebakti ngaran(n)a: Anak bakti di bapa, ewe bakti di laki, sisya bakti di guru, hulun bakti di pacandaan, wong tani bakti di wado,wado bakti di mantri, mantri bakti di nu nangganan, nu nangganan bakti di mangkubumi, mangkubumi bakti di ratu, ratu bakti di dewata, dewata bakti di hyang  
Berturut-turut dan secara bersama-sama semua berbakti di dalam darma kepada Tuhan yang menjadi sumber kehidupan alam semesta. Segenap rakyat warga masyarakat hidup berbahagia dalam kesentosaan, karena semua pihak bersikap saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Satu dengan lainnya saling mengasah (silih asah), saling mengasihi (silih asih), dan saling mengasuh (silih asuh).
 Di dalam kebajikan hidup berdasarkan darma setiap orang menekuni pekerjaannya masing-masing, sebagaimana dicontohkan dalam kedelapan belas jenis tapa di nagara. Demikian pula penyelenggaraan kehidupan masyarakat berjalan dengan baik oleh karena tegaknya ketiga penanggung-jawab negeri (tritangtu di buwana), sebagaimana dikatakan:
Jagad daranan di sang rama, jagad kreta di sang resi, jagad palangka di sang ratu … 
Dunia kemakmuran tanggung-jawab sang rama, dunia kesejahteraan tanggung-jawab sang resi, dunia kerajaan tanggung-jawab sang ratu.
Karena ketiganya itu sama asal-mulanya (pada pawitanna), dan sama pula kemuliaannya (pada mulianna). Maka ketiganya bekerja-sama demi kesejahteraan semua orang, tanpa memperebutkan kedudukan, pengaruh, penghasilan, dan anugerah. Ketiganya mengusahakan kebajikan yang mulia dengan perbuatan (ulah), dengan ucapan (sabda), dan iktikad (ambek). Maka meniru keteladanan para pemimpinnya itu setiap orangpun akan berusaha untuk memiliki keluhuran di dalam dirinya. Sebagaimana disebutkan:
Sabda pinaka rama, hedap pinaka resi, bayu pinaka ratu …
Ucapan seorang rama, tekad seorang resi, wibawa seorang ratu. 
 Semua orang berada dalam keadaan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Dalam kesejajaran dengan yang lainnya, setiap orang menekuni pekerjaannya masing-masing. Membawa semangat di dalam dada, dan dengan teguh sepenuh hati menjunjung tinggi Sanghyang Darmasiksa. 
 Demikianlah ajaran guru yang budiman tentang hidup bijaksana berdasarkan darma. Bila setiap orang memahami darmanya masing-masing, maka kesejahteraaan hidup(nya) di dunia akan tercapai. Sedangkan kesejahteraan dunia (kertaning jagad) pada umumnya, akan terwujud pula bilamana tuntutan darma terpenuhi dengan sempurna. Adapun keberhasilan dalam darma itu akan membuka kesempatan bagi setiap orang untuk mencapai kesempurnaan jiwanya. Di manapun ia bekerja, dan apapun yang menjadi tugas dan tanggung-jawabnya.

Nilai Dharma dan Adharma dalam Roman Mahabharata Karangan Nyoman S. Pendit 
 Pada kesempatan kali ini, penulis tertarik untuk menulis tentang kajian nilai dharma dan adharma yang berada dalam roman Mahabharata karangan Nyoman S. Pendit. Saya tertarik dengan topik ini karena pada dasarnya kehidupan di dunia ini tidak bisa lepas dari dharma dan adharma. Orang yang selalu memegang teguh dharma terkadang tidak mendapat buah yang sepantasnya, sedangkan mereka yang selalu menjalankan adharma, hidup senang bergelimang harta.
 Dharma dalam Mahabharata diperankan oleh Pandawa. Setiap tindak tanduk mereka selalu mencerminkan dharma. Sejak kecil Pandawa sudah mendapatkan banyak pelajaran berharga. Mereka lahir di hutan dan menjalani masa kecilnya di hutan. Mereka sudah terbiasa hidup susah. Inilah salah satu alasan mengapa mereka sangat cerdas, cekatan, dan terampil. Melihat kecerdasan dan kekuatan yang dimiliki oleh Pandawa, seratus Kurawa merasa iri dan dengki (matsarya). 
 Duryodhana, sulung Kurawa, berniat jahat hendak membunuh Bhima.
 
Dalam hati Duryodhana sangat khawatir akan kehilangan haknya atas tahta kerajaan Hastina. Setelah Pandu meninggal, kemungkinan besar tahta kerajaan akan diberikan Yudhistira, sulung Pandawa, setelah ia dewasa. Duryodhana berpikir bahwa ia harus menghalang-halangi Yudhistira naik tahta. Ia ingin membunuh Bhima, Pandawa yang paling perkasa. Setelah Bhima mati, kekuatan Pandawa pasti akan hancur. Ia dan adik-adiknya mengatur siasat untuk menenggelamkan Bhima ke dasar sungai Gangga, kemudian mencederai Arjuna dan Yudhistira, dan yang terakhir merampas kerajaan.

 Hati jahat Duryodhana telah terlihat sejak ia berusia muda, dan inilah yang kelah akan menghancurkan dirinya. Bhima yang berpegang dalam dharma selamat dari maut dan bahkan kembali dalam keadaan yang luar biasa sehatnya.
 Untuk menghindari permusuhan lebih lanjut, kerajaan Hastina dibagi menjadi dua. Kerajaan Hastina diperintah oleh Doryudhana, dan Kerajaan Amarta (Indraprastha) diperintah oleh Yudhistira. 

Pandawa memerintah kerajaan itu dengan mematuhi ajaran dharma. Kerajaan Amarta segera terkenal ke seluruh dunia, rakyatnya hidup damai dan sejahtera. 

Melihat kemakmuran Indraprastha, Duryodhana panas hati karena iri dan dengki (matsarya) kepada Pandawa. Duyodhana dan Sakuni menyusun siasat untuk merebut Indraprastha dari tangan Pandawa. Mereka menggunakan permainan dadu sebagai alat untuk merebut kerajaan Pandawa. 

Kata Sakuni, ”Aku tahu Yudhistra gemar bermain dadu, tetapi tidak pandai. Ia terlalu jujur dan sama sekali tak tahu akal dan siasat untuk memenangkan permainan...............................Dia pasti akan mempertaruhkan kekayaan dan kerajaannya. Jika semua terlaksana sesuai rencana, kita pasti bisa memenangkan kekayaan dan kerajaannya tanpa perlu menitikkan darah setetes pun”

Yudhistira yang selalu memegang teguh dharma kalah dalam permainan licik yang dilakukan Duryodhana dan Sakuni. Ia kehilangan kerajaan dan kekayaannya, dan harus menjalani 13 tahun masa hukuman, 12 tahun masa pengasingan di hutan dan pada tahun ketiga belas mereka harus menyamar tanpa ada yang mengenali mereka.
Demikianlah Pandawa yang selalu memegang teguh dharma hidup terlunta-lunta dan harus menjalani masa pengasingan di hutan. Sedangkan Kurawa yang bertindak adharma hidup senang dan nyaman dengan harta berlimpah. 
Ajaran dharma yang diterimanya selama di pengasingan membuat Yudhistira lebih bijaksana. 

Bhima dan Draupadi berkata bahwa amarah yang didasari oleh kebenaran adalah benar sedangkan bersikap sabar menerima penghinaan dan pasrah menerima penderitaan bukanlah sifat ksatria sejati. Mereka berdebat sengit sambil mengutip pendapat para arif bijaksana untuk membenarkan pendapat masing-masing. Tetapi dengan mantap. Yudhistira berkata bahwa seorang ksatria haruslah teguh memegang janjinya, bahwa tahan uji adalah kebajikan paling mulia dari segala sifat manusia.

 Selama menjalani pengasingan di hutan, Pandawa sering mendapat kunjungan dari Krishna. Krishna tahu bahwa Yudhistira tidak akan meninggalkan jalan kebenaran hanya demi rasa cinta atau takut.

Yudhistira tersenyum lalu berkata,”Krishna tahu pikiran dan perasaanku. Kebenaran lebih besar daripada kekuatan atau kemakmuran, dan harus dipertahankan dengan apapun juga, bukan dengan harta benda atau kerajaan,...............”. 
Sesuai dengan sabda Bhatara Surya kepada Dharmaputra (Yudhistira), bahwa dalam keadaan apapun dharma akan selalu bersama Yudhistira, memberi petunjuk dan menguatkan imannya dalam menghadapi penderitaan dan kesengsaraan.

 Dharma dan Adharma sekali lagi bertarung, ketika jalan perdamaian yang ditawarkan oleh Pandawa ditolak oleh Kurawa. Pertempuran maha dahsyat di padang Kurusethra tak dapat dihindarkan. Meskipun sudah ada aturan yang membatasi peperangan, penyimpangan dan pelanggaran akan terjadi jika manusia tidak dapat mengendalikan diri dan ingin saling membunuh. Tetapi, betapapun pelanggaran terjadi, budi pekerti luhur tetap mengatakan bahwa yang salah adalah salah, yang jahat adalah jahat, yang batil adalah batil, yang tercela harus dicela dan seterusnya. 

Sesungguhnya, menurut aturan perang, siapapun tidak dibenarkan menyerang, atau membunuh musuh yang tidak berdaya,.................................................jika itu dilakukan maka orang itu melanggar dharma!..........................................bagaimana mungkin mereka dapat dikatakan menjalankan dharmanya sebagai ksatria jika saudara dan kerabat saling membunuh? Bukankan peperangan sebenarnya adalah adharma atau kelahatan?

Perang Bharatayudha bukan hanya perang sepupu vs sepupu, tetapi juaga perang saudara kandung. Mahasenapati Kurawa (Karna) sesungguhnya adalah anak kandung Dewi Kunti (ibu Pandawa), tetapi Pandawa tidak mengetahuinya. Dan akhirnya Karna tewas di tangan Dhananjaya (Arjuna). Duryodhana tewas sesuai Swadharma-nya, yaitu tewas dengan paha diremukkan.
 Tentunya kita tidak bisa langsung menilai dharma dan adharma hanya melalui cuplikan-cuplikan data saja. Data yang ditampilkan di atas adalah cuplikan dari beberapa data yang ada. Data selengkapnya dapat dibaca pada halaman lampiran.
 Kemenangan akhirnya berada pada pihak yang memegang teguh dharma. Walau demikian Yudhistira merasa jijik, bagaimana ia bisa merasa bangga duduk bertahta di singgasana hasil pertumpahan darah saudara sendiri. Namun, itu semua sudah menjadi karma-phala, bahwa perbuatan yang baik (Cubhakarma) akan mendatangkan hasil yang baik, sedangkan perbuatan yang buruk (Acubhakarma) akan mendatangkan hasil yang buruk pula. Pada hakekatnya hukum karma-phala memberi kesempatan kepada setiap orang untuk memperbaiki keadaan jiwanya, di dalam dan melalui rangkaian kehidupan yang sedang dan akan dijalaninya. 
 Sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dharma merupakan kebajikan tertinggi yang senantiasa dijunjung oleh Pandawa. Dalam setiap tindak tanduk Pandawa, dharma senantiasa menyertainya. Pandawa, dalam menegakkan dharma, pada setiap langkahnya selalu mendapat ujian berat, memuncak pada perang Bharatayudha. Bagi siapa saja yang berlindung pada Dharma, Tuhan akan melindunginya dan memberikan kemenangan serta kebahagiaan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Pandawa, berlindung di bawah kaki Krishna sebagai awatara Tuhan. " Satyam ewa jayate " (hanya kebenaran yang menang). 
 Demikianlah, kebajikan akhirnya menang melawan kebatilan.







Daftar Pustaka

Anesaki, Masaharu. 1983. History Of Japanese Religion. Tokyo-Japan : Charles E. Tuttle Company.

http://www.pontianakpost.com

http://www.sonetaorg/BEN Poetica/Karya Charita/15_Dharma_Upadesa_1996.htm

http://www.soneta-org/BEN Poetica/Karya Charita/14_Dharmasiksa_1996.htm

Klostermaier, Klaus K. 1999. Buddhism A Short Introduction. Boston-USA : Oneworld Publications.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pendit, Nyoman S. 2003. Mahabharata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 


Jumat, 17 April 2009

Kepadamu Ibu

Kepadamu …. Ibu
Yang selalu …. Selalu menyayangiku

Kepadamu …. Ibu
Yang selalu …. Selalu mencintaiku

Kepadamu …. Ibu
Yang selalu …. Selalu sabar akan bengalku

Kepadamu …. Ibu
Kukirim selaksa doa tulusku

Kepadamu …. Ibu
Kukirim selaksa kasih sayangku

Kepadamu …. Ibu
Aku menyayangimu …. Ibuku 


 Probolinggo, 28 Agustus 2008

Legenda Jaka Tole

Tersebutlah seorang anak Madura bernama Jaka Tole. Karena kesaktiannya, ia berhasil menegakkan pintu gerbang Keraton Majapahit.
 Agaknya nama Jaka Tole mempunyai nilai tersendiri di hati Raja Majapahit. Oleh karena itu, jika ada hal – hal yang sulit diatasi, Jaka Tole disuruh mengatasinya. Jika ada pemberontakan yang bertujuan mengurangi kekuasaan Majapahit, Jaka Tole diperintahkan Raja memimpin pasukan untuk memadamkan pemberontakan itu.
 Jaka Tole ternyata seorang prajurit yang tangkas dan cekatan dalam memimpin pasukan. Setiap pemberontakan terhadap Majapahit selalu berhasil ia padamkan dengan tidak terlalu banyak memakan korban. Tidak aneh kalau Raja sangat sayang kepadanya. Ia sering mendapat hadiah dari Raja.
 Karena Raja sangat sayang kepada Jaka Tole, ada beberapa orang iri hati kepadanya. Mereka yang merasa tidak senang itu menyebarkan fitnah bahwa kesetiaan Jaka Tole kepada Raja hanya setengah – setengah. Jaka Tole berjuang bukan untuk kejayaan Majapahit, tetapi sekadar mendapatkan hadiah dari Paduka Raja.
 Fitnah itu akhirnya sampai ke telinga Raja. Raja sebenarnya ragu akan kebenaran berita itu. Raja pun memutuskan untuk menguji kesetiaan Jaka Tole.
 “Jaka Tole akan kunikahkan dengan putriku yang buta,” kata Raja dalam hati, “kalau ia menolak, pertanda ia tidak taat kepadaku. Berarti berita bahwa ia tidak setia kepadaku itu memang benar. Tetapi, apabila ia mau menikah dengan Dewi Ratnadi, putriku yang buta, berarti berita yang dilaporkan orang kepadaku hanya fitnah belaka.”
 Raja pun memanggil Jaka Tole. Setelah Jaka Tole menghadap, Raja mulai berbicara, “ Jaka Tole, aku mempunyai seorang putrid bernama Dewi Ratnadi. Maukah engkau seandainya ia kujodohkan denganmu?”
 “Saya siap dijodohkan dengan putri Paduka,” jawab Jaka Tole dengan suara tegas.
 “Tetapi, apakah engkau tidak menyesal di kemudian hari?” Tanya Raja
 “Mengapa saya akan menyesal?” Tanya Jaka Tole
 “Ketahuilah,” kata Raja menjelaskan, “putriku ini buta. Apakah engkau tetap bersedia mengawininya?”
 “Saya tetap bersedia,” jawab Jaka Tole dengan suara mantap.
 Raja tersenyum gembira mendengar jawaban Jaka Tole yang meyakinkan itu.
 Beberapa hari kemudian, pesta pernikahan Jaka Tole dan Dewi Ratnadi dirayakan di pusat kerajaan Majapahit. Ada bermacam – macam komentar atas pernikahan itu. Orang – orang yang tidak senang kepada Jaka Tole menganggap pengantin yang sedang bersanding merupakan lelucon yang tidak lucu. Mengapa? Karena mempelai pria gagah seperti Arjuna, sedangkan mempelai wanita buta. Pihak yang senang kepada Jaka Tole merasa tidak puas karena Jaka Tole yang besar jasanya kepada Negara Majapahit dinikahkan dengan putri yang buta. Menurut mereka, Jaka Tole sepantasnya dijodohkan dengan putri raja yang paling cantik.
  Setelah upacara dan pesta pernikahan itu selesai, Jaka Tole dan istrinya minta izin kepada Raja untuk pulang ke Sumenep. Raja mengizinkan meraka.
 Para pegawai keraton pun menyiapkan tandu untuk mengantar Dewi Ratnadi ke Sumenep, tetapi Jaka Tole menolak untuk diantar. “Selagi badan saya masih kuat untuk menggendong Dewi Ratnadi, izinkanlah kami pulang berdua saja.”
 Sambil menggendong istrinya, Jaka Tole berangkat ke arah timur meninggalkan pusat pemerintahan yang indah permai. Meskipun Dewi Ratnadi buta, Jaka Tole tetap menunjukkan rasa sayang kepada istrinya itu. Dalam perjalanan, ia selalu mencarikan buah – buahan yang disukai Dewi Ratnadi. Putri tidak menyangka Jaka Tole akan mencintainya sedemikian rupa.
 Setelah sampai di pelabuhan Gresik, Jaka Tole dan istrinya beristirahat beberapa hari di Bandar yang ramai disinggahi perahu – perahu dari berbagai negeri. Kemudian, mereka menyeberang laut menuju ujung Barat Pulau Madura. Setelah naik ke darat, Dewi Ratnadi ingin mandi. Jaka Toloe bingung karena di sekitar tempat itu tidak ada sumur atau sungai. Lalu, ia mengambil tongkat Dewi Ratnadi dan menancapkannya ke tanah. Setelah tongkat itu dicabut, keluarlah air yang memancar dari dalam tanah langsung menyemprot wajah Dewi Ratnadi.
 “Kanda Jaka Tole,” teriak Dewi Ratnadi dengan gembira, “aneh sekali, mata saya sekarang bisa melihat.”
 “Benarkah itu, Dewi?” tanya Jaka Tole setengah tidak percaya.
 “Betul,” jawab Dewi Ratnadi, “untuk apa saya berdusta. Coba lihatlah kedua mata saya. Saya sekarang sudah bisa memandang wajah Kanda.”
 Jaka Tole pun memperhatikan mata istrinya. Tampak mata Dewi Ratnadi sudah terbuka dengan biji mata seindah bintang kejora. Hati Jaka Tole sangat gembira.
 Setelah puas mandi, Dewi Ratnadi pun berganti pakaian. Kini, ia bisa memilih sendiri pakaiannya karena kedua belah matanya dapat melihat dengan sempurna.
 Air yang keluar dari dalam tanah itu akhirnya menjadi sumber air yang sangat jernih. Tempat itu sampai sekarang disebut Soca, artinya mata. Mungkin karena di tempat itu mata Dewi Ratnadi yang buta dapat melihat.
 Dalam perjalanan selanjutnya, Dewi Ratnadi tidak perlu digendong. Selain sudah bisa melihat, badannya terasa sehat sekali. Mereka terus berjalan ke arah timur.
 Berhati – hari lamanya mereka berjalan melewati dataran rendah yang luas dan naik turun perbukitan. Mereka tidak susah mencari makanan karena daerah yang mereka lalui itu banyak terdapat buah.
 Ketika tiba di sebuah tempat, Dewi Ratnadi ingin mandi. Jaka Tole pun menancapkan tongkatnya ke tanah. Keluarlah air yang sangat deras.
 Setelah selesai mandi, Dewi Ratnadi terkejut karena pakaian dalamnya dihanyutkan air yang sangat deras alirannya. Ia segera memberi tahu suaminya. Tanpa pikir panjang, Jaka Tole pun memanggil air yang menghanyutkan pakaian dalam istrinya. Air yang jauh mengalir itu pun membelok dan mendekat ke arah Jaka Tole. Setelah pakaian itu tiba di dekatnya, Jaka Tole cepat memungut dan mengembalikannya kepada Dewi Ratnadi.
 Sumber besar yang terletak di sebelah timur laut kota Sampang itu sampai sekarang disebut Omben. Kata omben berasal dari bahasa Madura, amben, yang berarti pakaian dalam wanita.
 Perjalanan Jaka Tole dan Dewi Ratnadi pun diteruskan menuju ke timur. Setelah sampai di Sumenep, Jaka Tole disambut gembira oleh ayah bundanya serta masyarakat Sumenep. Apalagi Jaka Tole membawa pulang istri yang cantik rupawan.
 Kakak Jaka Tole dari puhak ibu bernama Pangeran Saccadiningrat adalah seorang Raja yang memerintah negeri Sumenep. Pemerintahannya di bawah kekuasaan Majapahit. Setelah Saccadiningrat memasuki usia tua, Jaka Tole pun dinobatkan sebagai adipati yang memerintah wilayah Sumenep. Di bawak kepemimpinan Jaka Tole, masyarakat Sumenep benar – benar merasakan kemakmuran dan keadilan.

Kesimpulan
Cerita ini termasuk legenda karena mengisahkan asal usul nama sebuah tempat. Legenda ini memberi pelajaran agar orang yang ingin hidup mulia harus tahan menderita. Manusia yang bermental baja dan tahan menderita dalam mencapai cita – cita dengan tetap menghargai hak dan kepentingan orang lain, niscaya akan cepat mencapai cita – cita itu.

Dialog Malam Hari

Jika wanita sarat dengan ketidakjujuran
 Maka lelaki pun penuh dengan kebohongan
 Entah kebohongan itu disengaja ataupun tidak

Jika wanita menyukai hal yang kompleks
 Maka lelaki menyukai hal yang instan
 Hubungan instan, pemikiran instan, dan juga mie instan

Jika wanita diciptakan dengan keterbatasan
 Maka lelaki diciptakan dapat mematahkan keterbatasan itu
 Lelaki dapat bertelanjang dada tanpa terjerat norma susila

Maka dari itu sudah merupakan kodrat bahwa wanita adalah “second community” dan jangan coba – coba melangkahi atau mematahkan kodrat itu.

Inikah yang benar?

Bagaimana dengan emansipasi wanita yang diperjuangkan R.A. Kartini?
 Rasanya wanita telah salah kaprah dalam mengartikannya….
 Tidak dalam semua hal, emansipasi itu dapat diterapkan

Bukan begitu?

Atau sebaliknya?

Emansipasi tanpa batas…..

Ah…buat apa dipikirkan….
Itu urusan mereka…para wanita dan lelaki

Kita hanya penonton bukan?!
Hei….lintang!
Oh…kau sudah tidur rupanya….

Pak Tua dan Gitar Tua

Pak Tua…
Di usiamu yang senja
Kau hidup terlunta-lunta
Mengadu nasib di kerasnya dunia

Pak Tua…
Ketika itu
Aku melihatmu
Termenung di pinggir trotoar

Pak Tua…
Dimanakah sanak saudaramu?
Dimanakah anak-anakmu?
Dimanakah keluargamu?

Pak Tua…
Kau sandang gitarmu
Kau nyanyikan lagu bahagia
Meski dirimu menderita

Pak Tua…
Terik matahari tak halangi langkahmu
Kau tetap maju menantang dunia
Demi sesuap nasi

Pak Tua…
Di usiamu yang senja
Harusnya anak cucumu yang temanimu
Tapi gitar tuamulah teman setiamu

Pak Tua…
Aku melihatmu
Tertidur di trotoar
Penuh kedamaian, walau di tengah keramaian 
@vicenna_Pembaringan_Senja_2007

MATAHARI TAK PERNAH JADI REMBULAN

Terkadang panasnya membakar seluruh raga. Namun cahaya redupnya di sore hari menenangkan jiwa. Matahari memiliki 9 planet yang selalu setia mengelilinginya. Panasnya cahaya yang terpancar tak membuat planet-planet itu meninggalkannya. Tak membuat planet-planet itu tak setia menunggu kehadirannya. Walau panasnya selalu membakar permukaannya, tapi planet-planet itu selalu menyambutnya dengan senyum di pagi hari dan mengantarnya dengan tarian di senja hari. Planet-planet itu tak pernah lelah menanti kehadiran sang matahari, karena cahayanya mampu membuat segala yang mati menjadi hidup, segala yang gelap menjadi terang, dan mampu membuat semangat yang padam menjadi membara. 

Tapi bila matahari sudah tak mau dan enggan membagi sinarnya pada salah satu planetnya, apa yang dapat dilakukannya. Sebuah planet hanya nampak bagai noktah kecil yang tak berarti di hadapan keagungan sang matahari. Bila matahari sudah tak berpihak pada planet itu, kehidupan di dalamnya akan mati, mati tak berdaya dalam kegelapan yang abadi. 

Aku adalah planet itu. Aku adalah bumi. Bumi tempat segala kehidupan ada. Tempat segala keindahan duniawi terkumpul. Tempat bermain, tertawa menangis, dan mati. Tempat pencarian arti kehidupan yang sejati. Bumi memang tak dapat hidup tanpa matahari yang senantiasa membagi sedikit cahayanya. Walau matahari hanya mengunjunginya di siang hari. Memberi kehangatan di pagi hari. Membakar di siang hari. Dan menenangkan di sore hari. Namun bumi selalu menanti kehadirannya. Bumi tak bisa memiliki matahari untuk dirinya sendiri. Matahari punya delapan planet lain yang memerlukan cahanya. Bumi tidak boleh egois dan serakah. Bumi harus rela membagi cahaya itu dengan delapan planet lainnya. 

Bumi memang begitu memerlukan matahari. Bahkan membutuhkannya. Namun, matahari seakan sudah bosan menyinari bumi. Sudah bosan menghangatkan, membakar, dan menenangkan bumi. Sekarang sedang terjadi gerhana matahari total. Sudah lama bumi tak merasakan cahaya matahari. Apakah bumi telah melakukan kesalahan ???

Sekarang yang menemani bumi adalah sang rembulan. Rembulan senantiasa setia mengiringi bumi kemanapun bumi itu berputar. Walau rembulan tak bercahaya seterang matahari, tapi rembulan adalah milik bumi sepenuhnya. Walau rembulan tak seagung matahari, setidaknya rembulan begitu bersahabat dan selalu ada untuk bumi. Walau terkadang rembulan tertutup benderangnya cahaya matahari, namun bulan selalu ada di tempatnya dan tak pernah meninggalkan bumi sedetikpun.

Matahari tak kan pernah jadi rembulan untuk bumi. Walau bumi begitu mengharapkan matahari menjadi satu-satunya untuknya, itu tidak mungkin terjadi. Hanya rembulanlah yang senantiasa menjadi milik bumi satu-satunya. Bumi seharusnya sadar, bahwa selama-lamanya MATAHARI TAK PERNAH JADI REMBULAN.


  ”the earth”