Kamis, 23 April 2009

THE LAST SAMURAI "Ksatria dan Samurai"

Kapten Nathan Algren (Tom Cruise) adalah seorang prajurit (walau berpangkat Kapten Kavaleri 17, dia tetaplah prajurit) yang ikut berperang membasmi gerombolan pemberontak Indian Amerika di medan Gettysburg. Dia adalah Pahlawan Amerika bermedali terbanyak. Namun ketika ia harus keluar dari kemiliteran, ia dikontrak oleh Winchester Company untuk mengiklankan senjata dengan gaji 25 dollar per minggu. 
 Kemudian nasib membawanya ke Jepang. Ia dikontrak untuk melatih prajurit kerajaan Jepang (waktu itu sedang gencar-gencarnya pemberontakan Katsumoto). Pada saat itu kaisar Jepang tergila-gila dengan kebudayaan barat. Para Samurai menganggap perubahan ini terlalu cepat. Kebudayaan kuno dan modern berperang dalam jiwa rakyat Jepang. Saat itu Jepang sudah mulai mengenal banyak sekali budaya barat; pakaian barat sampai senjata model barat. Kaisar sepertinya melupakan darimanakah Kepulauan Jepang berasal. 
  Ada beberapa peristiwa yang menunjukkan perbedaan antara seorang Ksatria dan seorang Samurai. Pertama, pada pertempuran pertamanya (setelah ia berhenti dari kemiliteran) kali ini, jiwa keprajuritan Kapten Algren yang sudah terasah, muncul kembali (apalagi ketika Sersan Grant tewas di depan matanya) . Walau sudah terdesak, terluka, dan tanpa senjata yang berarti, dia tetap bertarung, bertarung, dan bertarung. Meski ia harus bertumpu pada kedua lututnya ia tetap mempertahankan dirinya. Bahkan ketika maut telah mencapai leher ia tetap bertahan, hingga Hirotaro terbunuh di tangannya. Keberanian dan kegigihan yang ditunjukkan oleh Kapten Argen membuat Katsumoto tertegun. Katsumoto seperti melihat semangat dan keberanian seekor harimau putih (yang merupakan simbol yang tertera pada bendera pasukan Katsumoto). Semangat seorang Ksatria.
Kedua, ketika Ujio meminta Katsumoto untuk membunuh Algren karena Algren sudah kalah dalam pertempuran dengan memalukan. Tapi dengan tegas Katsumoto mengatakan bahwa itu bukan merupakan sebuah budaya di negara Algren. 
Ketiga, ketika Hideo bermain pedang-pedangan dengan temannya, ternyata temannya kalah dan ketika Algren bermaksud mengembalikan pedangnya namun teman Hideo menolaknya. Namun ketika Ujio menyuruh Algren meletakkan pedangnya Algren berkeras tidak mau meletakkan pedangnya. Bahkan sampai ia harus berdarah-darah, ia tetap mempertahankan pedang kayu itu. Bagi orang Jepang kekalahan adalah hal yang memalukan (bahkan ada tradisi harakiri). Namun itu tidak berlaku di negara Algren.
Kapten Amerika itu belajar banyak hal di kamp itu (saat ia menjadi tawanan Katsumoto), sehingga ia memutuskan untuk membela Katsumoto (setelah ia melihat bagaimana Nobutada mati demi membela ayahnya, Katsumoto) dalam bertempur melawan tentara Kerajaan Jepang. Dan dia diberi kesempatan untuk berperang sebagai seorang Samurai(bahkan dibuatkan sebuah pedang samurai yang bertuliskan ”Aku milik seorang ksatria dimana semangat kuno dan baru bersatu” dan memakai baju zirah almarhum Hirotaro). Di medan perang, sekali lagi Kapten itu menunjukkan kredibilitasnya sebagai seorang prajurit. Bertempur dengan gagah berani, tidak peduli senjata yang dihadapi, tidak peduli berapa banyak jumlah musuh yang dihadapi (memang seorang prajurit sejati harus berlaku seperti itu). Ada sebuah peristiwa yang kembali menjadi pembeda antara Ksatria dan Samurai, pedang Katsumoto jatuh terlebih dahulu sebelum dirinya roboh, sedang Algren terus menggenggam pedangnya pada saat ia sudah jatuh dari kuda. 
Semangat Ksatria dan Samurai akhirnya bergabung, melebur menjadi satu, demi mewujudkan prinsip yang mulai terlupakan, Kehormatan. Walau pada akhirnya yang dikorbankan adalah nyawa. Tapi pengorbanan itu tidak sia-sia, karena pada akhirnya Kaisar Jepang menyadari bahwa selama ini ia telah ”sedikit” melupakan tradisinya, yaitu semangat Samurai. Dan ternyata yang menyadarkannya secara tidak langsung adalah orang asing (Nathan Algren)
Dari film ”The Last Samurai” dapat dilihat bahwa Ksatria (Barat) berbeda dengan Samurai (Timur), namun ada beberapa hikmah yang amat sangat dalam artinya yang dapat diambil dari beberapa peristiwa itu, bahwa bagaimanapun pengaruh asing telah masuk dan merasuk dalam suatu Negara, tapi hendaknya tradisi atau kebudayaan asli Negara itu tidak boleh dilupakan begitu saja. Kapten Nathan Algren tetap menjunjung tradisinya walau ia berada di negeri orang. Katsumoto memperjuangkan tradisi yang diyakininya walau harus dibayar dengan nyawanya. 


1 komentar:

  1. wah, postingan2nya mencerahkan, mbak nie. saya suka banget content blog ini.

    BalasHapus