Jumat, 17 April 2009

MATAHARI TAK PERNAH JADI REMBULAN

Terkadang panasnya membakar seluruh raga. Namun cahaya redupnya di sore hari menenangkan jiwa. Matahari memiliki 9 planet yang selalu setia mengelilinginya. Panasnya cahaya yang terpancar tak membuat planet-planet itu meninggalkannya. Tak membuat planet-planet itu tak setia menunggu kehadirannya. Walau panasnya selalu membakar permukaannya, tapi planet-planet itu selalu menyambutnya dengan senyum di pagi hari dan mengantarnya dengan tarian di senja hari. Planet-planet itu tak pernah lelah menanti kehadiran sang matahari, karena cahayanya mampu membuat segala yang mati menjadi hidup, segala yang gelap menjadi terang, dan mampu membuat semangat yang padam menjadi membara. 

Tapi bila matahari sudah tak mau dan enggan membagi sinarnya pada salah satu planetnya, apa yang dapat dilakukannya. Sebuah planet hanya nampak bagai noktah kecil yang tak berarti di hadapan keagungan sang matahari. Bila matahari sudah tak berpihak pada planet itu, kehidupan di dalamnya akan mati, mati tak berdaya dalam kegelapan yang abadi. 

Aku adalah planet itu. Aku adalah bumi. Bumi tempat segala kehidupan ada. Tempat segala keindahan duniawi terkumpul. Tempat bermain, tertawa menangis, dan mati. Tempat pencarian arti kehidupan yang sejati. Bumi memang tak dapat hidup tanpa matahari yang senantiasa membagi sedikit cahayanya. Walau matahari hanya mengunjunginya di siang hari. Memberi kehangatan di pagi hari. Membakar di siang hari. Dan menenangkan di sore hari. Namun bumi selalu menanti kehadirannya. Bumi tak bisa memiliki matahari untuk dirinya sendiri. Matahari punya delapan planet lain yang memerlukan cahanya. Bumi tidak boleh egois dan serakah. Bumi harus rela membagi cahaya itu dengan delapan planet lainnya. 

Bumi memang begitu memerlukan matahari. Bahkan membutuhkannya. Namun, matahari seakan sudah bosan menyinari bumi. Sudah bosan menghangatkan, membakar, dan menenangkan bumi. Sekarang sedang terjadi gerhana matahari total. Sudah lama bumi tak merasakan cahaya matahari. Apakah bumi telah melakukan kesalahan ???

Sekarang yang menemani bumi adalah sang rembulan. Rembulan senantiasa setia mengiringi bumi kemanapun bumi itu berputar. Walau rembulan tak bercahaya seterang matahari, tapi rembulan adalah milik bumi sepenuhnya. Walau rembulan tak seagung matahari, setidaknya rembulan begitu bersahabat dan selalu ada untuk bumi. Walau terkadang rembulan tertutup benderangnya cahaya matahari, namun bulan selalu ada di tempatnya dan tak pernah meninggalkan bumi sedetikpun.

Matahari tak kan pernah jadi rembulan untuk bumi. Walau bumi begitu mengharapkan matahari menjadi satu-satunya untuknya, itu tidak mungkin terjadi. Hanya rembulanlah yang senantiasa menjadi milik bumi satu-satunya. Bumi seharusnya sadar, bahwa selama-lamanya MATAHARI TAK PERNAH JADI REMBULAN.


  ”the earth”  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar